Hubungan bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) akan mencapai 75 tahun pada tahun 2025.
Dengan hubungan baik yang telah dijalin lebih dari tujuh dekade tersebut, Indonesia – RRT semakin memperdalam dan memperluas kerja sama, termasuk di sektor industri manufaktur.
Nilai perdagangan bilateral Indonesia dengan Tiongkok pada Kuartal III/2024 mencapai US$96,39 miliar dengan tren meningkat sebesar 32,23% sejak tahun 2019.
Tiongkok merupakan investor terbesar kedua bagi Indonesia, dengan realisasi investasi yang meningkat dari US$23,3 juta dengan total 10.642 proyek di tahun 2022, menjadi US$26,5 juta yang meliputi 14.687 proyek pada tahun 2023.
Salah satu kerja sama manufaktur antara Indonesia – RRT yang sangat berkembang adalah pada industri otomotif.
Dari Guangxi, salah satu provinsi di RRT, perusahaan otomotif SAIC-GM-Wuling Automobile Co., Ltd berasal.
Tercatat, pada tahun 2022, nilai investasi Provinsi Guangxi ke Indonesia mencapai US$2,34 miliar.
“Investasi tersebut berasal dari 53 perusahaan, salah satunya Wuling Motors, yang telah membangun pabrik di Jawa Barat dan berinvestasi sebesar US$1 miliar di Indonesia,” ujar Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza saat menerima Gubernur Guangxi Lan Tianli di Kementerian Perindustrian.
Dia menjelaskan, investasi terbesar Tiongkok di Indonesia yang juga dipandang penting adalah pembangkit listrik dan energi.
Wamenperin Faisol menuturkan, keinginan untuk terus mengembangkan kerja sama tersebut di Indonesia.
“Tidak hanya kerja sama di bidang otomotif, kami terbuka untuk kerja sama di bidang lainnya, salah satunya dalam membangun industri semikonduktor,” jelasnya.
Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam membangun industri yang mampu menghasilkan produk-produk dengan local content tinggi.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuka peluang kerja sama dengan RRT dalam industri semikonduktor.
Wamenperin Faisol menegaskan bahwa Kemenperin siap untuk menjembatani kerja sama B2B (Business to Business) antara perusahaan semikonduktor RRT dengan perusahaan Indonesia.
Kepada Wamenperin, Gubernur Lan Tianli menyampaikan bahwa tujuan kedatangan delegasi ke Indonesia adalah untuk melaksanakan hal – hal yang telah dibahas oleh kedua kepala negara.
Dia menyampaikan tiga usulan kerja sama, meliputi pendalaman kerja sama industri otomotif.
Menurut Gubernur Lan Tianli, Guangxi akan terus mendukung Wuling dan perusahaan – perusahaan dalam rantai pasoknya untuk mengikuti strategi pembangunan kendaraan listrik di Indonesia.
Rencana ke depan meliputi pembangunan kawasan industri terbaru untuk industri mobil yang juga dilengkapi dengan industri suku cadang dan logistik. “Hal ini bisa memperkuat pondasi Indonesia sebagai hub industri otomotif.”
Usulan kedua dari Gubernur Guangxi adalah pemberian insentif pajak kepada produsen kendaraan listrik (EV) yang mempunyai rantai suplai lokal dan memberikan kebijakan preferensial kepada kendaraan jenis plug-in hybrid (PHEV) memberikan insentif pajak kepada mobil PHEV.
Ketiga, mempercepat pembangunan charging station sebagai upaya bersama mendorong kerja sama di bidang produksi EV.
“Selain itu, kami juga meminta dukungan dalam pembangunan kawasan industri terpadu Indonesia – RRT, bersama – sama mempromosikan investasi, serta fokus membangun infrastruktur di kawasan industri,” tuturnya.
Dalam bidang industri lainnya, Gubernur Lan Tianli menaruh perhatian pada pendalaman kerja sama industry, seperti tekstil, elektronik, pengolahan kayu dan kertas.
“Industri tekstil dan elektronik, pengolahan kayu, besi dan logam dan kertas berkembang dengan pesat di Indonesia. Kebetulan industri tersebut adalah industri utama di Guangxi, dengan nilai lebih dari 100 miliar Yuan,” ungkapnya.
Wamenperin Faisol mengapresiasi usulan – usulan kerja sama yang disampaikan oleh Gubernur Guangxi dan menyatakan terbuka untuk membahas lebih lanjut peluang investasi dan pengembangan kerja sama industri yang saling menguntungkan. I