Gunungapi Iya di Ende Naik Level III

Gunungapi Iya yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 1 Oktober 2024 dan terus meningkat hingga 4 November 2024.

Menurut hasil rekaman data instrumental Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada periode tersebut, telah terjadi kegempaan sebanyak 28 kali gempa tremor harmonik dan 77 kali gempa tremor non harmonik.

Selain itu, dua kali gempa tornillo, 3 kali gempa low frekuensi, dua kali gempa vulkanik dangkal, 173 kali gempa vulkanik dalam, 63 kali gempa tektonik lokal, 56 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus amplitudo 1 – 1,8 mm, dominan 1,5 mm.

Selanjutnya, instrumental gempa dangkal yang terekam yaitu kegempaan tremor sejak 16 Oktober 2024 menandakan adanya pergerakan atau peningkatan tekanan magma menuju permukaan.

Atas dasar itu, PVMBG menaikkan status Gunungapi Iya menjadi Siaga (level III) terhitung sejak Selasa (4/11), atau tak kurang dari satu bulan sejak gunungapi dengan ketinggian 637 mdpl itu dinaikkan statusnya menjadi Waspada (level) II pada 17 Oktober 2024.

Secara geografis, letak Gunungapi Iya terpaut jarak kurang lebih 233 km sebelah barat daya-barat dari Gunungapi Lewotobi Laki-Laki yang saat ini mengalami erupsi besar dalam level IV atau Awas sejak Senin (4/11).

Namun, tidak ada kaitannya antara keduanya, namun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tetap mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah Kabupaten Ende dapat belajar dari fenomena erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang saat ini masih berada di Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta agar rekomendasi dari PVMBG dipatuhi. Segala hal yang menyangkut keselamatan masyarkat harus menjadi prioritas utama dalam upaya meminimalisir dampak bencana erupsi gunungapi.

“Kami harap masyarakat tetap waspada. Untuk Pemerintah Kabupaten Ende saya harap dapat belajar dari Lewotobi Laki-Laki. Segala hal yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas, karena itu adalah hukum tertinggi,” ungkap Suharyanto.

Sebagaimana yang dikabarkan sebelumnya, Erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki telah menyebabkan sebanyak 9 warga meninggal dunia, 31 orang luka berat dan 32 lainnya harus mendapatkan perawatan intensif.

Selain itu, sebanyak 10.777 jiwa harus mengungsi di delapan lokasi yang berbeda.

PVMBG juga telah menetapkan perluasan kawasan rawan bencana (KRB) secara sektoral hingga sembilan kilometer dari kawah utama Gunungapi Lewotobi Laki-Laki.

Adapun KRB I berjarak 2 km yang harus dikosongkan karena berpotensi terlanda aliran awan panas, aliran lava, guguran lava dan gas beracun.

Pada KRB I ini juga sangat berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.

Selanjutnya, KRB II berada di radius lima kilometer yang masih berpotensi terlanda aliran awan panas, aliran lava dan guguran lava, termasuk lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.

Kemudian, KRB III adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan atau banjir lahar dingin, termasuk hujan abu dan lontaran batu pijar.

Lalu, pada jarak sembilan kilometer pada sektor barat daya – barat laut, PVMBG juga merekomendasikan agar wilayah tersebut dikosongkan dari seluruh aktivitas manusia, karena berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.

Sebelumnya, lubang dengan diameter mencapai 13 meter dan kedalaman 4 meter ditemukan di Desa Klatanlo yang berjarak hanya empat kilometer dari kawah utama Gunungapi Lewotobi Laki-Laki.

Lubang tersebut terbentuk akibat jatuhan dari lontaran batu vulkanik saat terjadi erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki.

Hal itu yang kemudian menjadi dasar agar wilayah yang masuk dalam KRB harus dikosongkan, bahkan secara permanen untuk meminimalisir dan menghindari potensi dampak risiko bencana kedepannya.

Merespon adanya kenaikan level Gunungapi Iya, pemerintah daerah Kabupaten Ende melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ende telah melakukan rencana kontijensi penanganan darurat jika nantinya terjadi erupsi.

BPBD Kabupaten Ende telah memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap waspada atas kenaikan level gunungapi berjenis stratovolcano tersebut.

Pemerintah Kabupaten Ende juga telah menyiapkan skenario pengungsian sementara apabila hal itu harus dilakukan sesuai rekomendasi dari PVMBG, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di lima kelurahan di wilayah Kecamatan Ende Selatan mulai dari Kelurahan Tanjung, Arubara, Tetandara, Rukun Lima dan Paupanda.

Menurut rekomendasi PVMBG, masyarakat, pengunjung atau wisatawan dilarang mendekati kawasan puncak untuk melakukan segala aktivitas pada radius dua km dari kawah aktif Gunungapi Iya.

Masyarakat juga diminta untuk tidak mendekati lubang tembusan gas yang berada di sekitar kawah guna menghindari potensi bahaya.

Adapun karakteristik letusan Gununapi Iya pada umumnya berlangsung dari kawah utama letusan magmatik yang menghasilkan abu vulkanik, lontaran batu pijar dan aliran lava disertai runtuhan pada puncak Gunungapi Iya.

Terdapat rekahan berkembang di sekeliling kawah aktif, menunjukkan zona lemah di dalam gunungapi yang kemungkinan akan mengakibatkan longsoran besar ke arah laut pada saat terjadi erupsi yang akan datang.

Sementara itu, menurut catatan, Gunungapi Iya tercatat meletus sejak tahun 1671 hingga erupsi yang terakhir pada 1969 dengan selang waktu erupsi antara 1 tahun hingga 60 tahun. I

 

Kirim Komentar