Inovasi produk tanaman bambu dapat membawa wirausaha arang bambu untuk masuk pasar yang lebih luas, bahkan berpeluang ekspor ke berbagai negara.
Produk arang bambu, sebagai salah satu produk wirausaha tak hanya untuk menyerap bau tidak sedap, tapi juga sebagai campuran kosmetik hingga makanan.
Anak Agung Ayu Putri Astrini, pemilik Activated Bamboo Charcoal menyatakan, pengolahan arang bambu ini juga untuk melestarikan tanaman bambu yang banyak ada di pedesaan.
“Dari tahun 2007 kami berawal, setelah mendapat pelatihan-pelatihan di balai latiha kerja, kini berhasil meningkatkan produksi arang bambu untuk campuran kosmetik dan juga makanan yang aman,” jelasnya saat pameran di G20 Labour and Employment Ministers Meeting (G20 LEMM) di Bali, 14 September 2022.
Menurut Ayu Putri, saat produksi awal hanya untuk satu jenis produk, yakni hanya arang bambu, tapi sekarang bisa memproduksi sekitar 250 kg arang bambu setiap bulan dan juga mampu memproduksi sekitar 1.000 batang sabun setiap dua hari sekali.
Saat awal berwirausaha, Ayu Putri menambahkan, ada teman dari Jepang yang menginformasikan tentang bambu yang dapat dijadikan arang bambu aktif, seperti untuk pemurnian udara, penyerap bau, bahan campuran kosmetik, campuran makanan dan obat.
“Tanaman bambu saat itu cukup banyak ada di kampung saya, yakni di Banjar Timbul, Desa Pupuan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali. Jadi, kami olah menjadi arang bambu,” tuturnya.
Salah satu produk dari arang bambu yang sangat diminati adalah sabun arang yang baik untuk kesehatan kulit dengan nama Bamboo Charcoal Soap.
Produk ini memiliki sekitar tujuh varian aroma, di antaranya aroma jasmine, cempaka, kamboja, kenanga, papermint, dan aroma bunga lainnya.
Saat ini, Ayu Putri menjelaskan bahwa produk sabun arang diminati konsumen di sejumlah negara mulai dari Spanyol, Prancis hingga Jepang.
Pasar di Indonesia sudah terjual ke kawasan Sumatra, Sulawesi dan sampai dengan ke wilayah Papua.
Menurut Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (Binalavottas) Kementerian Ketenagakerjaan Budi Hartawan, pengembangan produk wirausaha menjadi satu upaya untuk menjawab tantangan bidang ketenagakerjaan.
Pasalnya, dia menambahkan, saat ini ada sebanyak 19,10 juta orang pekerja terdampak (terkena Pemutuisan Hubungan Kerja), dirumahkan dan dikurangi jam kerja.
“Akibatnya, angka pengangguran melonjak yang kini sekitar 6,26% penduduk statusnya menganggur atau turun 0,81% dari awal pandemi,” ungkapnya saat Rakernas BLKK bertema Akselerasi BLK Komunitas untuk Mendukung Perluasan Kesempatan Kerja di Hotel Four Points, Bali pada 11-13 September 2022.
Padahal, lanjut Dirjen Budi, bonus demografi mencatat terdapat 205,36 juta penduduk adalah usia kerja dan sebanyak 1,5 juta penduduk adalah usia kerja yang masuk ke pasar kerja.
Proses seleksi administrasi dan kelembagaan bagi Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) untuk menjadi Inkubator Kewirausahaan sudah dilakukan. Bahkan, terpilih 100 BLKK untuk dijadikan Inkubator Kewirausahaan.
Selain seleksi untuk menjadikan BLKK sebagai Inkubator Kewirausahaan, Dirjen Budi menjelaskan, Kemnaker juga telah menyiapkan program-program untuk melatih tenaga instruktur dan pengelola BLKK agar mereka mampu mengelola balai latihan kerjanya dengan baik.
“Tentu saja upaya peningkatan kompetensi sumber daya manusia melalui BLK Komunitas tidak bisa dilakukan hanya melalui pemerintah pusat, tapi sinergitas dengan pemerintah daerah dan industri sangat diperlukan dalam pembangunan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi,” katanya.
Saat ini, sebaran BLKK di seluruh Indonesia pada akhir tahun 2021 sebanyak 2.912 BLKK dengan jumlah instruktur ada 2.127 orang dengan kapasitas pelatihan untuk 204.192 orang.
Terdapat tiga kejuruan yang paling banyak dilatih oleh BLKK adalah kejuruan Teknik Informatika (TIK), yakni oleh 1.048 BLKK, kemudian kejuruan Desain Mode/Tekstil ada 337 BLKK dan kejuruan Teknik Otomotif ada 186 BLKK. I