Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat kemandirian bahan baku susu dan kakao bagi industri melalui perbaikan sistem inbound material, termasuk digitalisasi dan kolaborasi erat dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Menurut Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza, permasalahan utama sektor industri makanan dan minuman berada di sektor hulu, khususnya keterbatasan bahan baku, yang menyebabkan sebagian harus diimpor untuk memenuhi tingginya permintaan ekspor.
“Kemenperin menekankan pentingnya mendorong pelaku usaha agar mampu mengembangkan ketersediaan bahan baku dalam negeri, melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk kementerian, lembaga, serta perguruan tinggi,” jelasnya di sela Pre-Event Specialty Indonesia 2025 di Jakarta.
Menurut Wamenperin Riza, kampus memiliki peran strategis karena memiliki studi dan riset, sehingga dapat mempercepat pencarian solusi atas keterbatasan bahan baku nasional.
Dia menyebutkan, dua bahan baku utama yang masih banyak diimpor, yaitu kakao dan susu, yang menghadapi tantangan tersendiri akibat menurunnya produksi kakao dan sulitnya pengembangan sapi perah karena faktor iklim dan bibit.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, upaya digitalisasi telah diterapkan pada sektor susu, khususnya di tempat penerimaan, yang berhasil menurunkan kontaminasi secara signifikan dan menghasilkan standar kualitas tinggi bagi bahan baku susu nasional.
“Untuk susu ini kita sudah masuk ke digitalisasi tempat penerimaan susu. Dan itu hasilnya cukup bagus karena kontaminannya dapat diturunkan luar biasa. Jadi, kita standarnya itu sudah sangat tinggi untuk yang sudah didigitalisasi,” ungkapnya.
Sementara itu, di sektor kakao, Kemenperin menginisiasi program pembinaan bagi petani menjadi dokter kakao.
Dia menuturkan, hasil program Dokter Kakao menunjukkan peningkatan produksi dalam negeri dan pendapatan petani, serta memperluas jangkauan ke daerah seperti Poso, Aceh dan rencana di Cianjur bersama Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo).
“Jadi, komitmen yang sudah kita dapatkan karena hasil Doktor Kakao ini sangat bagus, jadi sekarang sudah bisa senyum karena kakaonya sudah makin meningkat. Sekian persen dia meningkat dari dalam negeri,” jelasnya.
Kemenperin mencatat, kebutuhan bahan baku industri nasional mencapai 300.000 ton kakao dan 4 juta ton lebih untuk susu dalam per tahun, dengan pemenuhan domestik baru mencapai 50% kakao, serta 20% untuk susu. I