Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan 10.000 bibit kedelai unggul guna meningkatkan produksi nasional komoditas itu dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri.
Menurut Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, penyediaan bibit kedelai unggul tersebut mulai uji coba tahun 2025 dan jika berhasil, maka akan dilanjutkan.
“Kami minta kemarin, bukan uji coba sih, 10.000 bibit, tapi dikawal,” jelasnya di sela Rapat Koordinasi Nasional bersama 37.000 Penyuluh Pertanian secara daring dan luring di Jakarta.
Mentan menjelaskan, hal itu ketika dikonfirmasi mengenai adanya pemberitaan mengenai pengusaha tempe menyiasati dampak kenaikan harga kedelai impor asal Amerika Serikat (AS) dengan memperkecil ukuran tempe.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Andi Amran mengaku akan meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dengan menggunakan 10.000 bibit unggul.
Dia menambahkan, program itu bukan sekadar uji coba, melainkan harus menghasilkan produktivitas tinggi, minimal mencapai tiga ton per hektare untuk memastikan keberhasilan skala nasional.
Proyek itu, lanjutnya, akan dikawal ketat dengan sistem baru dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan penggunaan benih unggul demi mempercepat peningkatan produksi komoditas kedelai nasional.
Menurutnya, langkah itu merupakan solusi atas kebutuhan pengusaha tempe yang beberapa waktu terakhir mengurangi ukuran akibat bahan baku terbilang mahal.
Amran mengaku bahwa dalam 100 hari pertamanya menjadi Menteri Pertanian, dia lebih dahulu fokus menangani krisis jagung dan beras, namun kini bersiap serius mempercepat pengembangan kedelai, serta komoditas strategis lain, seperti gandum.
Dia berharap program pengembangan kedelai itu menjadi gerakan massal apabila hasil panen dari 10.000 bibit tersebut menunjukkan keberhasilan, sehingga ketergantungan impor kedelai bisa ditekan secara bertahap.
Amran menambahkan bahwa perintah Presiden Prabowo Subianto sudah jelas, yaitu mempercepat produksi pangan nasional, termasuk kedelai dan gandum, melalui langkah konkret dan sistem pertanian modern berbasis hasil.
Meskipun lokasi pengembangan 10.000 bibit kedelai belum dirinci, Mentan memastikan bahwa seluruh program akan dijalankan dengan pengawasan ketat demi memastikan target produksi tercapai secara maksimal.
“Saya katakan bukan uji coba 10.000 bibit kedelai dan harus produksi, jangan di bawah 3 ton per hektare. Kalau itu oke, kita jadikan gerakan massal,” ungkapnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional di lansir di Jakarta, Minggu (27/4) dini hari pukul 02.49 WIB, rata-rata harga kedelai biji kering impor secara nasional di tingkat konsumen mencapai Rp10.773 per kilogram per 26 April 2026.
Angka itu tidak jauh beda dari harga di hari sebelumnya atau tepat pada 25 April tercatat Rp10.766 per kg. I