Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara mengajak investor Tiongkok berkolaborasi mengembangkan industri durian di kawasan transmigrasi dengan memanfaatkan keunggulan lahan subur dan tenaga kerja produktif yang dimiliki Indonesia.
Menurutnya, ajakan tersebut setelah berdialog dengan salah satu mahasiswi doktoral di Tongkok yang menanyakan manfaat program transmigrasi tidak hanya bagi rakyat Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat Tiongkok.
“Negara Tiongkok memiliki konsumsi durian terbesar di dunia, dengan nilai belanja impor durian mencapai sekitar Rp115 triliun setiap tahunnya,” katanya di sela – sela Open House 24 Jam Penuh di Kantor Kementerian Transmigrasi, Jakarta.
Namun, lanjut Mentran, Tiongkok tidak memiliki kondisi geografis yang memungkinkan untuk menanam durian, sedangkan Indonesia memiliki iklim tropis dan lahan luas yang sangat cocok bagi pengembangan komoditas unggulan tersebut.
“Tiongkok itu belanja duriannya Rp115 triliun rupiah per tahun, tapi cari daerah di Tiongkok yang bisa nanam durian tidak ada. Di Indonesia, hampir di tiap tempat bisa untuk menanam durian,” ungka Mentrans.
Oleh karena itu, dia menawarkan kerja sama konkret berupa kemitraan investasi antara pihak Tiongkok dengan kawasan transmigrasi di Indonesia untuk pengembangan perkebunan durian berorientasi ekspor dan peningkatan nilai tambah lokal.
“Jadi, saya mengajak mereka bawa uangnya, bawa teknologinya, kami siapkan lahan dan tenaga kerjanya di Indonesia untuk kita menanam durian. Nanti selain dikonsumsi untuk rakyat Indonesia, kami juga akan kirim ke Tiongkok dengan produktivitas yang lebih bagus, kualitas yang lebih bagus,” tutur Iftitah.
Kolaborasi lintas negara semacam itu akan membawa manfaat ganda, memperkuat ekonomi masyarakat transmigran, memperluas pasar ekspor buah Indonesia dan menjadikan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang produktif.
Namun demikian, Mentrans belum memaparkan lebih rinci bentuk teknis dari ajakan investasi tersebut, termasuk mekanisme pelaksanaannya, skema kerja sama, maupun wilayah transmigrasi yang akan menjadi prioritas pengembangan.
Dia membuka peluang kerja sama investasi internasional dengan memanfaatkan lebih dari 500.000 hektare lahan transmigrasi produktif untuk pengembangan industri dan pertanian berorientasi ekspor.
“Kami sedang melakukan inventarisasi lahan transmigrasi. Kami masih punya sekitar lebih dari 500.000 hektare tanah yang bisa kita kelola dan kita kembangkan,” kata Iftitah. I
