Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Tol Jagat Kerthi Bali memulai pelaksanaan pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi di Provinsi Bali sepanjang 96,84 km.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan, pembangunan jalan tol tersebut dalam rangka meningkatkan konektivitas infrastruktur jalan bebas hambatan.
“Dalam pembangunan jalan tol, khususnya di Bali sebagai destinasi wisata dunia harus memperhatikan beberapa hal,” ujarnya.
Hal tersebut salah satunya adakah ditandai dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Menteri Basuki bersama Gubernur Bali I Wayan Koster di Pekutatan, Jembrana, Bali pada Sabtu (10/9/2022).
Pembangunan jalan tersebut memperhatikan kualitas sebagai hal yang pertama, karena sebagai kawasan wisata dunia, Bali harus menunjukkan bahwa membangun jalan tol dengan kualitas terbaik.
Kemudian, lanjut Menteri Basuki, juga harus memperhatikan estetika, tidak hanya struktur-struktur jalan saja.
“Juga, kualitas dan estetikanya, tanpa mengurangi kecepatan kerjanya,” tegasnya.
Dengan perkiraan biaya investasi sebesar Rp24,6 triliun, Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi ini ditargetkan usai pada tahun 2028, tapi Menteri Basuki menghendaki tuntas semua pada tahun 2025 akhir.
Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi terbagi menjadi 3 Seksi, yakni Seksi 1 Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 53,6 km, Seksi 2 Pekutatan-Soka sepanjang 24,3 km dan Seksi 3 Soka-Mengwi sepanjang 18,9 km.
Proses pembangunan jalan tol ini tetap memperhatikan kearifan lokal Bali dengan menghindari tempat-tempat suci dan membangun jalur khusus roda dua untuk sepeda dan sepeda motor.
“Saya sangat gembira karena akan ada jalur untuk pengendara sepeda motor dan sepeda. Ini merupakan salah satu perhatian kita pada social heritage di Bali, sehingga cepat sampai tujuan dengan selamat sambil menikmati keindahan alam di Jembrana, Tabanan dan Badung,” tutur Menteri Basuki.
Adapun Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi akan dibangun melintasi tiga kabupaten, 13 kecamatan dan 58 desa. Pemberdayaan empat desa di Bali sebagai Rest Area terpadu yang masing-masing memiliki konsep berbeda, yaitu Jembrana yang mengangkat kearifan lokal.
Lalu Pekutatan yang menunjang area taman bermain internasional, kemudian Soka dengan konsep pedesaan sebagai tempat beristirahat dan Tabanan sebagai pusat logistik untuk distribusi dalam kota.
Menurut Gubernur Bali I Wayan Koster, masyarakat Bali telah lama menantikan pembangunan jalan tol ini untuk meningkatkan konektivitas antarkabupaten di Bali dan memperpendek jarak tempuh menuju kawasan Denpasar.
“Terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Menteri PUPR beserta jajaran dan semua pihak yang telah mendukung, hingga terealisasinya program pembangunan jalan tol Jagat Kerthi Bali yang keberadaannya telah lama ditunggu-tunggu oleh masyarakat,” ungkapnya.
Menurut Wayan Koster, selain menjadi solusi atas permasalahan kemacetan ruas arteri nasional, dan mempersingkat waktu perjalanan menuju Denpasar yang awalnya sekitar lima hingga tujuh jam, tapi dapat menjadi sekitar satu 1,5jam hingga dua jam.
“Jalan tol ini memiliki dampak positif dalam peningkatan investasi pembangunan, peningkatan lapangan kerja, efisiensi jarak dan waktu tempuh logistik bahkan akan mampu memicu timbulnya destinasi wisata baru, serta pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru dan menyeimbangkan pembangunan antarwilayah,” tutur Wayan Koster.
Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit menambahkan bahwa Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi ini nantinya akan dilengkapi pula dengan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF).
Jadi, lanjutnya, transaksi tidak dilakukan melalui gerbang tol, tetapi melalui teknologi Global Navigation Satelite System (GNSS) yang terintegrasi melalui aplikasi smartphone dan terbaca melalui satelit.
“Rencananya di jalan tol ini sudah diterapkan sistem baru. Jadi kalau nantinya ada gerbang tol, maka hanya sebagai penanda saja. Bukan untuk melakukan fungsi transaksi,” katanya. I