Pemerintah terus memperkuat ketahanan energi nasional dengan mendukung optimalisasi sumur minyak dan gas yang ada, seperti sumur tua dan sumur rakyat di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sebagai bagian dari strategi mewujudkan swasembada energi nasional.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, pemerintah sangat berkomitmen dalam peningkatan produksi migas nasional melalui peningkatan produksi dari sumur tua maupun sumur rakyat.
“Sumur tua yang dimaksudkan merupakan sumur minyak bumi yang dibor sebelum tahun 1970 dan tidak lagi dikelola kontraktor aktif, menjadi fokus utama dalam peningkatan produksi,” ujarnya saat meninjau Lapangan Migas (minyak dan gas) Ledok, salah satu sumur tua di wilayah kerja Pertamina EP Cepu, Blora, Jawa Tengah, Kamis (17/7/2025).
Mengenai pemanfaatannya, dia menambahkan, diperkuat lewat penerbitan Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja untuk Peningkatan Produksi Migas.
Regulasi tersebut juga membuka peluang bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi dan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk turut mengelola sumur – sumur marginal, dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan, keberlanjutan, serta tata kelola yang baik.
“Agar lifting minyak meningkat dan masyarakat bisa bekerja tanpa rasa was – was, tidak ada lagi oknum yang menakuti mereka, hasilnya bisa dijual ke Pertamina dengan harga layak. Ini bisa membuka lapangan kerja,” tutur Bahlil.
Selain itu, dia menambahkan, masyarakat bisa menjalankan aktivitas secara legal dan aman, sehingga lingkungan tetap terjaga.
Pemanfaatan sumur tua dinilai strategis karena infrastruktur dan cadangan sudah tersedia, sehingga lebih efisien dari sisi biaya.
Pemerintah menargetkan kontribusi signifikan dari sumur tua dan rakyat untuk mengejar target produksi nasional sebesar 1 juta barel per hari.
Bahlil menuturkan, satu sumur rakyat dapat menghasilkan antara tiga hingga lima barel per hari.
Dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$70 per barel dan porsi bagi hasil 70%, maka keuntungan dari satu barel mencapai sekitar US$49.
Artinya, satu sumur bisa menghasilkan sekitar US$150 per hari atau lebih dari Rp2 juta.
Selain memperkuat ketahanan energi, kata Bahlil, aktivitas ini juga berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi masyarakat.
“Satu sumur bisa menyerap hingga 10 tenaga kerja. Ini membuka lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Lapangan Cepu sendiri mencakup delapan struktur sumur produksi aktif yang dikelola bersama antara Pertamina EP sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan mitra lokal, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan BUMD.
Struktur tersebut meliputi Wonocolo, Dandangilo, Ngrayong, Ledok, Semanggi, Banyubang, Gegunung, dan Gabus. I