Menteri Koordinator (Menko) bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi menekankan pentingnya membangun manusia Indonesia berkelanjutan guna memanfaatkan bonus demografi dan menghadapi Indonesia Emas 2045.
Dia mengatakan, pembangunan manusia berkelanjutan harus menjadi perspektif baru Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045.
“Saya mohon Pak Kepala BKKBN bisa membuat platform itu. Jangan-jangan kita ini berpikiran bahwa setelah stunting selesai, (semuanya) beres. Ini yang harus jadi pembangunan manusia Indonesia berkelanjutan, itu harus betul-betul dipastikan,” katanya.
Muhadjir menjelaskan hal itu saat membuka Gebyar Bina Keluarga Balita untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang digelar BKKBN di Jakarta.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengatakan, saat ini indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menyentuh angka 72,3.
“Namun, dari skor sebenarnya kita sudah lumayan bagus, yaitu 72,3. Itu artinya apa? Artinya termasuk negara yang IPM tinggi. Jadi kan ada rendah, sedang, tinggi, dan yang terakhir itu sangat tinggi,” ujarnya dalam siaran pers.
Menurut Muhadjir, patokan IPM tinggi berada di angka 80. Saat ini, negara-negara dengan IPM di atas 80 jumlahnya masih kurang dari 20 negara.
“Nah, Indonesia untuk bisa mencapai sangat tinggi itu berarti masih butuh sekitar 8 poin,” katanya.
Dia mengaku senang karena dari kunjungannya ke beberapa daerah telah ada daerah yang mendekati IPM sangat tinggi.
Menuju Indonesia Maju 2045 Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, Indonesia masih membutuhkan waktu selama 22 tahun untuk menuju Indonesia Emas 2045.
Untuk itu, Muhadjir mengajak para hadirin, khususnya para ibu, untuk menghitung bayi yang lahir sekarang akan berusia 22 tahun pada 2045 dan anak yang berumur 10 tahun akan berumur 32 tahun pada 2045.
“Mereka harus disiapkan apa, sehingga nanti pada 2045 mereka akan menjadi apa? Menjadi presiden, atau menjadi menteri, atau menjadi kepala BKKBN, atau menjadi deputi, atau menjadi bupati wali kota, atau yang paling bahaya itu kalau ternyata kita tidak bisa menjadikan apa-apa,” tuturnya.
Muhadjir menambahkan, kekhawatiran terhadap generasi yang akan mengisi Indonesia Emas 2045 muncul karena banyak negara yang sudah memanen bonus demografi, tetapi tidak membuat negaranya menjadi maju.
“Itu yang disebut dengan middle income trap, misalnya di Afrika. Beberapa negara Afrika, kemudian beberapa negara Amerika Selatan, itu banyak yang dulu sudah panen bonus demografi, tetapi tidak bisa memanen karena tidak bisa memanfaatkan momentum itu,” katanya.
Menurut Muhadjir, BKKBN menjadi tulang punggung dalam mewujudkan hal tersebut. I