Presiden Joko Widodo memanen ikan nila salin di kawasan modeling tambak budi daya Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya (BLUPPB), Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2024).
Pemanenan itu dilakukan usai dia meresmikan modeling kawasan tambak budi daya ikan nila salin di tempat yang sama.
Saat memanen sekitar pukul 08.35 WIB, Presiden ditemani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.
Selain itu, tampak Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri PAN-RB Abdullah Azwar Anas turut hadir.
Kepala Negara beserta Menteri Trenggono terlihat menjaring ikan-ikan nila salin di tambak air payau tersebut. Beberapa ikan nila besar pun akhirnya terangkat ke permukaan.
Adapun dalam peresmian, Jokowi mengungkapkan, nilai pasar komoditas itu mencapai US$14,46 miliar atau setara dengan Rp230 triliun pada tahun 2024.
Di tahun 2034, proyeksi nilai pasar akan meningkat menjadi sebesar US$23,02 miliar.
Presiden Jokowi menuturkan, permintaan itu harus dimanfaatkan Indonesia sebaik-baiknya lewat modeling tambak budi daya skala kecil terlebih dahulu.
“Namun, juga jangan langsung membuat yang gede, saya setuju bahwa dibuat model dulu, ada modelingnya dulu. Kalau modelingnya sudah benar, yang diinfokan ke saya dari yang biasanya 1 hektare hanya 0,6 ton per hektare, menjadi 80-an ton per hektare,” tuturnya.
Kepala Negara juga meyakini, tingginya permintaan pasar akan membuka lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja yang besar.
Terlebih, jika 78.000 hektare tambak udang yang kosong dan tidak terpakai (idle) di kawasan Pantura sepanjang Serang hingga Banyuwangi, kembali difungsikan menjadi tambak nila salin.
Adapun berdasarkan hasil hitung-hitungan, alih fungsi tambak itu memakan biaya hingga Rp13 triliun.
“Saya bilang kalau Rp13 triliun dari Banten sampai ke Jawa Timur, dari Serang sampai ke Banyuwangi, semuanya bisa dikerjakan, saya kira akan mengangkut tenaga kerja yang sangat gede sekali, membuka lapangan kerja yang sangat besar sekali. Rp13 triliun bukan uang yang banyak,” jelas Jokowi.
Sebagai informasi, modeling budi daya ikan nila salin merupakan terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang dibangun sejak 2023 dengan lahan seluas 80 hektare.
Kawasan tambak di BLUPPB Karawang itu terbagi dalam empat kawasan, yakni tambak blok A, B, C dan D.
Lahan tersebut awalnya merupakan tambak udang yang dibangun oleh Presiden Soeharto sejak 1984 silam, dengan nama Proyek Pandu Tambak Inti Rakyat, tetapi tambak udang itu berhenti beroperasi pada tahun 1998.
Sejak program tidak berjalan, lahan tambak udang tersebut terkontaminasi. Hal ini membuatnya menjadi aset negara tanpa fungsi selama puluhan tahun.
Budidaya ikan nila salin yang dibangun dengan biaya mencapai Rp76 miliar itu kini dikelola oleh BLUPPB.
Pada lokasi tersebut ada kolam produksi, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, hingga laboratorium.
Proses produksinya juga sudah mengedepankan teknologi terkini salah satunya penggunaan mesin pakan otomatis.
Produktivitas modeling diharapkan bisa mencapai sekitar 7.020 ton per siklus atau senilai Rp210,6 miliar dengan asumsi harga jual ikan nila salin Rp30.000 per kg.
Dari asumsi hitungan ekonomi dengan harga pokok produksi Rp24.500 per kg, modeling akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp38,6 miliar. I