Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sejumlah peristiwa bencana yang terjadi hingga Jumat (22/8) pekan ketiga Agustus 2025.
Berdasarkan laporan, sebanyak tujuh peristiwa terjadi di sejumlah daerah di tanah air yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi basah.
Bencana yang tercatat pada periode tersebut terjadi di Kota Jakarta Selatan, Provinsi Jakarta berupa banjir yang menggenangi tiga kelurahan, yakni Kelurahan Cilandak Barat dan Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, serta Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu.
Akibat banjir yang dipicu oleh hujan deras disertai angin kencang ini, sebanyak 115 Kepala Keluarga (KK) atau 460 jiwa terdampak.
Peristiwa yang terjadi pada Rabu (20/8) ini dilaporkan telah surut keesokan harinya atau pada Kamis (21/8).
Peristiwa banjir lainnya juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, pada Rabu (20/8) pukul 05.00 WIB.
Banjir yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi ini merendam sebagian wilayah di tiga desa, yakni Desa Tumbang Kajuei dan Desa Luwuk Lengkuas, Kecamatan Rungun serta Desa Tampang Tumbang Anjir, Kecamatan Kurun.
Akibatnya, tempat tinggal milik 71 KK terendam dan satu fasilitas pendidikan terdampak.
Merespons peristiwa ini BPBD Kabupaten Gunung Mas telah melakukan kaji cepat serta penanganan di lokasi terdampak. Banjir pun telah surut pada Kamis (21/8).
Wilayah lain yang dilanda bencana hidrometeorologi basah berupa tanah longsor adalah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (20/8).
Bencana tersebut dipicu oleh hujan deras dengan intensitas tinggi serta kurangnya resapan air hujan pada tanah tebingan yang terdampak.
Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tersebut, namun sedikitnya 12 Kepala Keluarga (KK) atau 33 jiwa terdampak di Desa Wangunjaya, Kecamatan Leuwisadeng.
Selain itu, enam unit rumah lainnya terancam. BPBD Kabupaten Bogor telah menerjunkan Tim Reaksi Cepat bersama aparat setempat untuk melakukan penanganan di lokasi kejadian.
Hingga Kamis (21/8), material longsoran dilaporkan telah dibersihkan oleh tim gabungan bersama para warga pemilik rumah.
Sementara itu, kejadian bencana lainnya adalah gelombang tinggi di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (19/8).
Akibat peristiwa ini sedikitnya lima orang dilaporkan meninggal dunia setelah sebelumnya dinyatakan hilang.
Selain itu, bencana angin kencang terjadi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Rabu (20/8) pukul 15.15 WIB.
Peristiwa ini terjadi di Desa Gunungrejo dan Desa Klampok, Kecamatan Singosari, serta Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso.
Akibat angin kencang ini sebanyak 19 unit rumah terdampak dan mengalami rusak ringan.
Merespons bencana yang melanda, tim BPBD Jatim dan Kabupaten Malang menurunkan tim untuk melakukan kaji cepat dan membantu warga melakukan pembersihan material.
Selain bencana hidrometeorologi basah yang dilaporkan terjadi, bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga melanda wilayah lain di tanah air.
Seperti di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang dilanda kekeringan setelah Bupati setempat menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan karhutla sejak 1 Juli 2025.
Adapun wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Semarang ini berada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan.
Akibat kekeringan yang dipicu oleh musim kemarau ini sebanyak 125 KK atau 518 jiwa terdampak.
Guna merespons bencana ini sekaligus meredakan krisis air bersih yang dialami warga, BPBD setempat melakukan pendistribusian air bersih di Desa Getasan sebanyak 4 tangki atau 5.000 liter, pada Kamis (21/8).
Sementara itu untuk karhutla melanda Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, pada Kamis (21/8), tepatnya di Desa Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara. Kebakaran terjadi di lahan seluas 2 hektare.
Menyusul peristiwa ini tim gabungan dari unsur BPBD Kabupaten Aceh Singkil, Dinas Pemadam Kebakaran dan TNI/Polri diterjunkan untuk lakukan pemadaman.
Tidak berselang lama tim berhasil memadamkan api dan kondisi sudah terkendali pada pukul 13.45 WIB.
Seiring dengan fenomena bencana hidrometeorologi basah yang terjadi di tengah musim kemarau di beberapa wilayah, pemerintah daerah diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan melalui langkah – langkah antisipatif.
Pemetaan wilayah rawan banjir, longsor, maupun angin kencang perlu diperbarui secara berkala, disertai penguatan sistem peringatan dini hingga kesiapan sarana evakuasi.
Koordinasi lintas sektor, mulai dari BPBD, aparat desa, hingga layanan kesehatan, menjadi kunci penting agar penanganan dapat dilakukan cepat dan tepat sasaran, dan mengurangi dampak yang lebih luas bagi masyarakat.
Masyarakat juga diharapkan senantiasa waspada dengan memperhatikan informasi resmi dari pemerintah dan BMKG terkait cuaca ekstrem yang mungkin terjadi secara tiba – tiba.
Menjaga kebersihan lingkungan, saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan dapat membantu meminimalisir risiko banjir. I