Sejak siang hingga menjelang petang, Jumat (21/12), langit Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah kembali diselimuti hujan berintensitas ringan hingga sedang.
Rintik hujan yang datang dan pergi itu menjadi latar suasana semangat kegigihan, sekaligus tantangan baru bagi tim pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR), yang sejak pagi terus berjibaku di lokasi longsor.
Di tengah cuaca yang tidak juga bersahabat, para petugas harus menyesuaikan misinya. Air hujan yang menggenang dikhawatirkan menambah beban tanah dan memicu longsor susulan.
Oleh karena itu, strategi pencarian dan pertolongan pun diubah. Jalur sodetan dibuat, tujuannya untuk mengalihkan aliran air menjauh dari area pencarian.
Langkah ini diambil agar tim tetap dapat bekerja tanpa menambah risiko bagi keamanan dan keselamatan mereka.
Lokasi yang basah, tanah yang labil, serta jarak pandang yang kerap terganggu tidak menyurutkan langkah tim SAR gabungan.
Mereka tetap teguh menyisir tiga sektor pencarian yang dipetakan sejak awal; sektor A di bagian atas, sektor B di area tengah dan sektor C di sisi terbawah, sebagai wilayah yang menerima luncuran material paling besar.
Keteguhan itu akhirnya membuahkan hasil. Menjelang berakhirnya operasi SAR hari Jumat (21/11), dua jenazah ditemukan dalam rentang waktu sekitar pukul 16.30 WIB dan 17.00 WIB.
Penemuan ini menambah jumlah korban meninggal dunia menjadi 12 orang, termasuk dua korban yang ditemukan dalam bentuk potongan tubuh (body part).
Sementara itu, 18 warga masih dinyatakan hilang. Jumlah ini ditetapkan setelah dua temuan sebelumnya yang berupa body part harus melalui proses identifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI).
Selagi operasi pencarian terus berlangsung, harapan baru mulai disiapkan di sisi lain. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama dengan pemerintah daerah dan berbagai instansi terkait bergerak menyiapkan pembangunan hunian sementara (huntara).
Sebanyak 50 unit mulai didirikan. Jumlahnya sewaktu – waktu dapat bertambah sesuai kebutuhan para penyintas.
Pekerjaan awal akan dimulai hari ini, Sabtu (22/11), melalui penyediaan material dan pembukaan lahan. Dua hari setelahnya, pada Senin (24/11), proses konstruksi secara resmi dijadwalkan dimulai.
Pemerintah daerah juga telah melakukan pendataan warga terdampak dan mereka yang tinggal di zona rawan.
Mereka inilah yang nantinya diprioritaskan untuk menempati huntara. Setelah seluruh huntara selesai dan digunakan, BNPB berencana melanjutkan pembangunan hunian tetap di lokasi yang tidak jauh dari kawasan tersebut.
Kelak, ketika hunian tetap telah berdiri dan warga mulai menempatinya, bangunan huntara akan dialihfungsikan sebagai dapur bersama ruang yang diharapkan menjadi titik kumpul baru, tempat pemulihan dan kebersamaan tumbuh kembali. I






