Strategi Link and Match Ketenagakerjaan yang menjadi salah satu Strategi Sembilan Lompatan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) tengah dijalani Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Samarinda.
Menurut Kepala BBPVP BLK Samarinda Tuti Haryanti, hal itu dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kebutuhan tenaga kerja bidang industri di wilayah kerjanya agar bisa dibuat pemetaan kondisi tenaga kerja.
“Mengenai kebutuhan tenaga kerja, khususnya bidang industri seperti bidang kerja BBPVP Samarinda menjadi kendala tersendiri, karena informasi tentang hal tersebut di wilayah ini belum ada,” katanya.
Tuti Haryanti menyatakan, untuk kebutuhan tenaga kerja sektor indutri tersebut tidak hanya di wilayah kerja BBPVP Samarinda yang mencakup tiga provinsi, yakni Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara, melainkan juga di untuk kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“Kami sebagai perwakilan Kemenaker memberikan support untuk pengembangan IKN Nusantara, terutama untuk pelatihan bagi tenaga kerja sektor industri, karena kami punya pelatihan jurusan otomotif dan alat berat,” ujarnya.
Rencana pengembangan kawasan IKN Nusantara itu berada di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.
“Terkait dengan pemetaan kebutuhan tenaga kerja industri, ini yang diperlukan, karena BBPVP belum mengetahui tentang jumlah tenaga kerja dan keterampilan yang dibutuhkan,” ungkapnya.
BBPVP Samarinda atau sebelumnya adalah Balai Latihan Kerja (BLK) merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) di bidang latihan kerja industri dibawah Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (Ditjen Bonavolatas) Kemnaker.
Balai pelatihan ini memberikan pelatihan untuk 12 kejuruan, di antaranya pelatihan menjahit, bidang kelistrikan, industri otomotif dan alat berat dengan jumlah lulusan antara 1.600 orang hingga 2.000 orang per tahun.
“Peralatan untuk penunjang pelatihan, seperti simulator bulldozer, ada craine untuk 60 kg dan juga forklif, sehingga peserta pelatihan dapat melatih keterampilannya,” tutur Tuti Haryanti.
Para instruktur yang dimiliki BBPVP Samarinda juga beragam sesuai dengan kejuruannya, termasuk mendatangkan instruktur dari luar balai pelatihan, mengingat kebutuhan akan teknologi industri terus berkembang, sehingga bisa dilanjutkan dengan transfer teknologi.
“Banyak permintaan untuk jurusan perkebunan dengan keahlian memetik sawit, karena kebutuhannya tidak hanya di Kalimantan Timur, tapi hingga ke Malaysia, sehingga kadang diperlukan instruktur eksternal agar ada transfer knowledge,” jelasnya. B