Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat bukan mencetak pekerja di sektor pertanian, perikanan atau peternakan, melainkan mencetak entrepreneur atau wirausaha milenial yang mandiri.
Menurut Kepala BLK Lembang Tuti Haryanti, BLK ini akan memgintegrasikan sektor pertanian, mulai dari mengolah pupuk, pengelolaan lahan pertanian/produk peternakan hingga menjadikannya produk yang siap jual.
“Saat ini yang dikerjakan adalah perbaikan tata kelola BLK. Dari mulai tersedianya SDM yang memiliki jiwa melayani dan sistem tata Kelola administrasi, pengelolaan keuangan, pelatihan hingga uji kompetensi,” ujarnya didampingi Kasubdit Pengawasan Norma Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan Ditjen Pembinaan, Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan W. Purwoko, belum lam ini.
Tuti Haryanti yang akrab disapa Yanti ini menyatakan bahwa dengan sistem data terintegrasi atau single data, maka pelayanan akan lebih cepat dan mudah.
Ibu dua anak ini mencontohkan bahwa para peserta pelatihan usai melakukan proses pelatihan dapat langsung dengan cepat menerima sertifikat pelatihan. “Hal ini dilakukan karena kami membangun komitmen untuk ikut dalam inovasi pelayanan publik,” ungkapnya.
Yanti menuturkan bahwa pelatihan yang diberikan adalah berbasis kompetensi yang merupakan suatu pendekatan pelatihan yang lebih spesifik dan terukur.
Sistem pelatihan ini, dia menambahkan, mengajarkan tidak hanya tentang materi pelatihan yang terkait dengan meningkatkan kinerja dalam suatu pekerjaan atau jabatan, tapi juga mengidentifikasi tingkat kompetensi yang dibutuhkan untuk mengisi level jabatan tersebut.
“Pelatihan berbasis kompetensi lebih memberikan banyak praktek daripada teori, sehingga para peserta pelatihan akan menjadi terampil dan mahir, serta menguasai bidang yang dipilihnya,” paparnya.
Implementasi pelatihan berbasis kompetensi, lanjut Yanti yang kini diusulkan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) Inspiratif dan sudah masuk 25 besar dari seluruh kementerian/lembaga ini, dapat dilakukan baik dengan pendekatan off the job training maupun on the job training.
Namun, Yanti menilai yang dibutuhkan saat ini dalam mengembangkan BLK Lembang adalah integrasi farming, artinya ada kawasan pertanian yang luas sesuai kebutuhan pelatihan yang terintegrasi secara keseluruhan.
“Bukan hanya lokasi pelatihan, melainkan juga demplot-demplot untuk berbagai tanaman pertanian dan perkebunan, serta untuk peternakan sudah tersedia,” tuturnya.
Saat ini, di BLK Lembang yang tercatat sebagai satu-satunya BLK sektor pertanian di Indonesia melakukan proses pelatihan rata-rata selama 16 hari untuk satu program pelatihan.
Tercatat ada sekitar 50 program pelatihan hingga 60 program yang dapat dilakukan di BLK Lembang dengan luas areal 4,6 hektare. “Atau kami bisa memberikan pelatihan dengan kapasitas 1.600 orang per tahun,” kata Yanti. I