Seluruh masyarakat Desa Buton harus dapat mempertahankan kelestarian dan keberlanjutan Desa Wisata Limbo Wolio yang berada di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, Desa Wisata Limbo Wolio yang berada di puncak bukit Kota Baubau memiliki benteng terbesar di dunia dengan luas 23,3 hektare, tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan Guinness Book of World Record pada tahun 2006.
“Desa Wisata Limbo Wolio ini merupakan lokasi benteng terluas di dunia, kita harus jaga, kita harus lestarikan. Memang untuk menjaganya ini melibatkan masyarakat, pemerintah, dan seluruh unsur pentahelix,” ujarnya saat kunjungan kerja ke Sultra, Rabu (8/6/2022).
Benteng Wolio awalnya dibangun oleh Raja Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Kaimuddin pada abad ke-16.
Benteng itu hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu karst yang disusun mengelilingi komplek istana untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan pemukiman masyarakat, sekaligus sebagai benteng pertahanan.
Namun, Sandiaga menambahkan, pada masa pemerintahan Raja Buton IV, La Elangi atau Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen.
“Konon katanya batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir, dan kapur,” ungkapnya.
Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Wolio memberikan pengaruh besar terhadap eksistensi kerajaan.
Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.
Benteng Wolio sendiri memiliki 12 pintu gerbang yang disebut ‘Lawa’ dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut ‘Badili’, empat boka-boka (bastion berbentuk bulat), batu tondo (tembok keliling), parit, dan alat persenjataan.
Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik pada zamannya.
“Namun kualitas dari batu-batu di Benteng Wolio ini perlahan akan tergerus, ini harus ada konservasinya, karena yang harus diperhatikan adalah aspek keberlanjutannya, bagaimana ikon pariwisata Limbo Wolio ini akan menjadi warisan untuk anak cucu kita, untuk ratusan tahun ke depan, jadi harus kita jaga,” jelas Sandiaga.
Salah satu sultan yang sangat dihormati pada masanya adalah Sultan Buton VI, Lakilaponto atau yang dikenal dengan nama Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis.
Dia menjadi sultan pertama dan raja terakhir, karena sistem pemerintahan yang semula kerajaan diubah menjadi kesultanan.
Sebagai raja beliau memerintah selama 20 tahun, sementara sebagai sultan selama 26 tahun dan agama Islam mulai masuk ke Kota Baubau saat di bawah pemerintahannya.
Semasa pemerintahannya pula, ia mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masigi Ogena atau Masjid Agung Kesultanan Buton. Hingga kini masjid tersebut masih difungsikan sebagai tempat ibadah umat Islam.
Sandiaga berharap, dengan potensi desa wisata yang begitu besar, maka kesejahteraan masyarakat bisa meningkat dengan semakin terbukanya peluang usaha dan lapangan kerja melalui pengembangan desa yang berkelanjutan. I