Topik ini merupakan topik pembuka dari kepenasaran saya sebagai seorang mahasiswa yang akan melakukan penelitiannya. Saya sangat tertarik dengan topik non aero bisnis.
Untuk itu, dalam rangka memperkuat latar belakang penelitian saya mencoba melakukan literatur review tentang pembahasan artikel manajemen strategis bandar dari jurnal yang terbit.
Manajemen strategis bandara telah mengalami transformasi signifikan sejak tahun 1947 hingga tahun 2022. Periode ini menandai era penting bagi manajemen strategis bandara, yang ditandai dengan pergeseran dalam praktik operasional, kerangka regulasi, keterlibatan pemangku kepentingan, dan pelayanan kepada pelanggan.
Perubahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perkembangan teknologi, perubahan kebijakan pemerintah dan dinamika pasar penerbangan global.
Artikel ini akan membahas evolusi manajemen strategis bandara dengan pendekatan analisis konten, menyoroti periode – periode penting dan tren yang muncul selama lebih dari tujuh dekade.
Perkembangan Awal (1947 – 1970)
Setelah Perang Dunia II, industri penerbangan mulai berkembang pesat. Pada periode ini, manajemen bandara masih bersifat sederhana dan berfokus pada pengoperasian fasilitas dasar.
Bandara berfungsi sebagai titik transit bagi penumpang dan barang tanpa banyak perhatian terhadap strategi jangka panjang. Kebijakan pemerintah yang mendukung pembangunan infrastruktur penerbangan juga mulai diterapkan.
Bandara, terutama dipandang sebagai fasilitas infrastruktur yang berfokus pada keselamatan dan efisiensi. Federal Aviation Administration (FAA) didirikan pada tahun 1958, yang mengarah pada peningkatan regulasi dan pengawasan.
Selama waktu ini, manajemen strategis sebagian besar bersifat reaktif; bandara beradaptasi dengan peningkatan volume penumpang tanpa kerangka strategis yang diformalkan.
Era Modernisasi (1971 – 1990)
Memasuki tahun 1970-an, terjadi modernisasi dalam manajemen bandara. Dengan meningkatnya jumlah penumpang dan frekuensi penerbangan, bandara mulai menerapkan praktik manajerial yang lebih terstruktur.
Konsep manajemen berbasis data mulai diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi operasional. Selain itu, munculnya maskapai penerbangan baru memaksa bandara untuk bersaing dalam hal layanan dan fasilitas.
Setelah Perang Dunia II, industri penerbangan mulai berkembang pesat. Munculnya Perencanaan Strategis (1970 – 1990)
Pada tahun 1970-an, industri penerbangan menghadapi tantangan baru seperti deregulasi dan persaingan dari moda transportasi alternatif. Bandara mulai mengadopsi pendekatan perencanaan strategis yang lebih terstruktur.
Pengenalan konsep seperti analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman) memungkinkan manajer bandara untuk menilai kemampuan internal mereka terhadap kondisi pasar eksternal.
Periode ini juga menyaksikan munculnya kemitraan publik-swasta saat bandara mencari solusi pendanaan yang inovatif.
Globalisasi dan Diversifikasi (1991 – 2010)
Era globalisasi membawa dampak besar pada industri penerbangan. Bandara tidak hanya berfungsi sebagai tempat pendaratan tetapi juga sebagai pusat bisnis yang menawarkan berbagai layanan tambahan seperti perbelanjaan dan hiburan.
Manajemen strategis mulai mengadopsi pendekatan diversifikasi untuk menarik lebih banyak penumpang dan pendapatan nonaeronautika. Analisis konten menunjukkan bahwa banyak bandara mulai mengembangkan rencana strategis jangka panjang untuk menghadapi persaingan global.
Teknologi dan Keberlanjutan (2011 – 2022)
Dalam dekade terakhir, inovasi teknologi menjadi fokus utama dalam manajemen strategis bandara. Penggunaan sistem otomatisasi, analitik data besar, dan teknologi ramah lingkungan menjadi bagian integral dari operasi bandara modern.
Selain itu, isu keberlanjutan semakin mendapat perhatian seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari industri penerbangan. Banyak bandara kini mengintegrasikan praktik keberlanjutan dalam rencana strategis mereka.
Seiring kita memasuki era saat ini, manajemen strategis bandara semakin dipengaruhi oleh beberapa tren utama:
- Inisiatif Keberlanjutan: Ada penekanan yang semakin meningkat pada praktik berkelanjutan dalam operasi bandara, mulai dari bangunan hemat energi hingga program pengurangan limbah.
- Transformasi Digital: Integrasi teknologi terus membentuk cara bandara beroperasi, inovasi seperti biometrik untuk pemeriksaan keamanan menjadi praktik standar.
- Fokus Pengalaman Penumpang: Meningkatkan kepuasan wisatawan melalui layanan yang dipersonalisasi kini menjadi prioritas bagi banyak bandara yang ingin membedakan diri dalam lanskap yang kompetitif.
- Model Tata Kelola Kolaboratif: Keterlibatan pemangku kepentingan menjadi penting, bandara bekerja sama erat dengan maskapai penerbangan, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk mengembangkan strategi yang menguntungkan semua pihak yang terlibat.
- Kesiapsiagaan Krisis: Pelajaran yang dipetik dari gangguan global baru-baru ini telah mendorong bandara untuk memasukkan strategi manajemen risiko yang kuat ke dalam rencana jangka panjang mereka.
Kesimpulan
Evolusi manajemen strategis bandara dari tahun 1947 hingga tahun 2022 menunjukkan bagaimana industri ini telah beradaptasi dengan perubahan zaman.
Dari pengoperasian dasar hingga menjadi pusat bisnis yang kompleks, manajemen strategis bandara terus berkembang untuk memenuhi tuntutan pasar yang dinamis.
Pendekatan analisis konten memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana strategi-strategi ini terbentuk dan diimplementasikan sepanjang sejarah.
Dengan memahami perjalanan ini, kita dapat melihat betapa pentingnya peran manajemen strategis dalam memastikan keberhasilan operasional bandara di masa depan.
Evolusi manajemen strategis bandara dari tahun 1947 hingga tahun 2022 menggambarkan perjalanan yang ditandai oleh adaptasi dan inovasi di tengah keadaan yang berubah.
Saat kita melihat ke depan, jelas bahwa manajemen bandara yang sukses akan membutuhkan fleksibilitas dan respons yang berkelanjutan terhadap tren yang muncul sambil mempertahankan fokus pada keberlanjutan dan pengalaman penumpang.
Hasil dari itu semua terlihat di laporan keuangan dimana pendapatan nonaero semakin meningkat bahkan dibandara bandara utama dunia pendapatan nonaero lebih besar daripada pendapatan aeronya.
Kini saatnya bandara bandara berinovasi untuk mengembangkan potensi nonaeronya untuk meningkatkan kinerja bisnisnya secara berkelanjutan. (Virda Dimas Ekaputra, Founder Nonaero Innovation Institute, kandidat Doktor Manajemen dengan disertasi bisnis nonaero di bandara – bandara di Indonesia, lulusan penerbang 53 PLP Curug Tanggerang, pernah menjabat Direktur PT Bandarudara Internasional Jawa Barat, dan Direktur PT Angkasa Transportindo Selatas).