Hari Pertama Modifikasi Cuaca Jawa Tengah Habiskan Lima Ton Bahan Semai

Sabtu (25/10) pukul 12.40 WIB, Jalan Erowati Baru I, Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, tergenang air.

Hujan deras dan sistem saluran air permukiman yang kehilangan daya tampung menyebabkan banjir setinggi 20 sentimeter (cm) hingga 30 cm.

Genangan yang tidak terlalu dalam itu menjadi arena bermain anak-anak, sedangkan para orang tua bersiaga di dalam rumah, mengamankan perabot dan barang elektronik agar tidak tersentuh air.

Pemandangan berbeda terlihat di jalur Pantura antara Genuk–Kaligawe–Terboyo sejak pagi.

Beberapa kendaraan besar hampir tak berdaya. Genangan setinggi hingga 70 cm membuat lalu lintas tersendat bahkan terhenti.

Tidak sedikit kendaraan yang lebih kecil mencoba menerobos genangan, tetapi justru mogok dan menimbulkan masalah baru.

Perekonomian di sepanjang jalur itu pun seolah lumpuh seketika sejak tiga hari lalu.

Beberapa toko hingga warung kecil tutup sementara dan ditinggalkan pemiliknya.

Bagi mereka, banjir turut menghambat rezeki karena akses terendam.

Nyaris tidak ada pembeli yang datang. Dalam kondisi normal, kawasan Kaligawe hingga Genuk merupakan jalur perputaran ekonomi yang mendatangkan keuntungan bagi para pemilik usaha.

Belum selesai dengan banjir, awan kelabu kembali menggelayut di atas langit Kota Semarang.

Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah dan BPBD Kota Semarang menyebut, hujan lebat mengguyur area jalan tol yang melintasi Kaligawe.

Hingga pukul 20.48 WIB, banjir di Kota Semarang telah berdampak pada 38.180 jiwa.

Wilayah terdampak meliputi 14 kelurahan, termasuk tiga sektor penting seperti Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

Demi keselamatan dan kelancaran pelayanan, BPBD Kota Semarang membantu proses pemindahan sedangkan pasien ke Masjid Jami’ Syeh Jumadil Kubro, Kelurahan Terboyo Kulon.

Di lokasi lain, evakuasi juga dilakukan terhadap tiga Warga Negara Asing (WNA) yang terjebak banjir di kawasan industri Blok M Nomor 34 Terboyo.

Selain itu, BPBD Kota Semarang mendirikan dapur umum di Kelurahan Bangetayu dan di markas BPBD Kota Semarang kawasan Penggaron.

Makanan disalurkan kepada warga terdampak, petugas lapangan, hingga para pengemudi truk yang terjebak banjir.

Terkait penanganan banjir, seluruh komponen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya maksimal.

Beberapa pompa air telah diturunkan oleh tim satgas darat di sejumlah titik untuk memindahkan air dari permukiman dan jalan raya menuju Laut Jawa.

Baca Juga:  BNPB Lakukan OMC Tangani Karhutla di Riau

Semuanya berusaha sekuat tenaga. Tantangan yang dihadapi begitu nyata di depan mata.

Wilayah yang tergenang banjir begitu luas. Belum lagi langit masih kerap menumpahkan hujan secara merata, membuat pompa air kian bekerja keras, termasuk warga yang tak berhenti berharap.

Di balik banjir yang menyita perhatian, secercah harapan datang. Hari ini, pesawat Cessna Caravan Smart Aviation berlogo BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) diterbangkan dari Bandara Ahmad Yani, Semarang, membawa misi Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).

Pesawat itu mengudara atas perintah Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto menilai bahwa penanganan bencana banjir di wilayah Semarang dan sekitarnya perlu didukung dengan opsi ini.

Sejumlah komponen bangsa, mulai dari BNPB, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TNI, serta BPBD Provinsi Jawa Tengah turut terlibat.

Selain mempercepat penanganan darurat, metode ini juga menjadi support system antara pemerintah pusat dan daerah, sebagai upaya antisipasi dan mitigasi agar dampak bencana hidrometeorologi basah di Jawa Tengah dapat dicegah atau setidaknya dikurangi.

Secara teknis, pesawat dengan kode registrasi PK-SNM itu ditugaskan membawa bahan natrium klorida (NaCl) dan kalsium oksida (CaO) untuk disemai di atas awan konvektif pada ketinggian antara 4.000 hingga 12.000 kaki.

Awan konvektif inilah yang membawa kandungan air dan berpotensi menurunkan hujan.

Melalui metode tersebut, awan konvektif dipicu untuk menurunkan hujan lebih awal dengan harapan hujan jatuh di wilayah lain yang lebih aman (seperti laut atau hutan hujan) di luar area terdampak banjir, termasuk wilayah hulu sungai.

Sebab, percepatan penanganan banjir seperti di Kota Semarang membutuhkan cuaca cerah yang konsisten, tanpa terbayangi awan, hujan, maupun air kiriman.

Pada penerbangan pertama, pesawat bermesin tunggal itu mengudara di wilayah perairan selatan Yogyakarta–Jawa Tengah. Bahan semai NaCl sebanyak satu ton ditaburkan dari ketinggian 8.000 kaki hingga 12.000 kaki.

Berdasarkan monitoring radar, di wilayah tersebut terdapat bibit awan konvektif yang bergerak ke utara dan berpotensi menurunkan hujan sedang hingga lebat di daratan.

Pemutusan suplai awan konvektif kembali dilakukan pada sortie kedua dengan total bahan semai NaCl sebanyak satu ton pada ketinggian yang sama, yakni 8.000 kaki hingga 12.000 kaki.

Area semainya masih berada di Perairan Selatan Yogyakarta-Jawa Tengah.

Kemudian pada sortie ketiga, pesawat menabur bahan semai CaO sebanyak satu ton di wilayah Selatan Semarang pada ketinggian 4.000 kaki sampai dengan 8.000 kaki.

Baca Juga:  OMC Riau Akan Dilanjutkan Selama Lima Hari

Berikutnya, untuk sortie keempat, sebanyak satu ton NaCl disemai di atas langit perairan Rembang dan sekitarnya pada ketinggian 8.000 kaki hingga 10.000 kaki.

Selanjutnya, pesawat kembali mengudara sekitar pukul 20.30 WIB. Sasarannya kembali ke wilayah perairan selatan Yogyakarta-Jawa Tengah.

Bahan semai NaCl sebanyak satu ton kembali ditaburkan setelah kumpulan awan konvektif terpantau di radar.

Penerbangan kelima itu sekaligus menutup rangkaian misi OMC pada hari pertama dengan total penggunaan lima ton bahan semai. OMC akan dilanjutkan esok hari, Minggu (26/10).

Secara operasional, OMC Jawa Tengah ini dilaksanakan mulai pukul 07.00 hingga 21.00 WIB sesuai dengan Notice To Air Mission (NOTAM) yang dikeluarkan AirNav Bandara Ahmad Yani, Semarang.

Kendati demikian, misi dapat diperpanjang hingga 24 jam bergantung pada potensi cuaca dan kondisi pertumbuhan awan yang dipantau BMKG.

Selama hari pertama pelaksanaan OMC, radar pemantau cuaca BMKG mencatat hujan turun merata di wilayah Jawa Tengah bagian Utara dan Selatan.

Berdasarkan akumulasi per enam jam secara spasial, hampir seluruh Pesisir Utara Jawa Tengah mengalami hujan masif pada hari ini.

Hingga pukul 21.45 WIB, radar cuaca BMKG tidak mendeteksi adanya pertumbuhan awan yang berpotensi memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Namun, potensi awan hujan dapat kembali muncul pada pukul 04.00 WIB-07.00 WIB esok hari, Minggu (26/10), di wilayah selatan Jawa Tengah.

Baru sehari OMC digelar, BMKG telah menyampaikan kabar yang patut diwaspadai sebagai peringatan dini; bahwa pada Selasa (28/10) mendatang, potensi curah hujan diperkirakan kembali menguat dan bersifat sporadis.

Artinya, hujan berpotensi turun secara tidak merata, acak, dan tidak mengikuti pola waktu yang jelas.

Prakiraan cuaca tersebut harus disikapi secara bijak sebagai bentuk peningkatan kesiapsiagaan dan mitigasi terpadu, baik dari pemerintah, dunia usaha, komunitas maupun masyarakat.

Seluruh komponen diharapkan dapat bergerak bersama demi menjaga Kota Semarang dan sekitarnya.

Ketika Semarang Raya hampir tak berdaya, mesin pompa terus menderu, alat berat berpacu dengan waktu menutup tanggul dan menjaganya agar tak kembali menganga.

Sementara di langit, BNPB bersama lintas lembaga berikhtiar mengurai awan demi menyempurnakan kinerja satgas darat menghalau banjir. I

Kirim Komentar