Penanganan bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sejak terjadinya erupsi pada 3 November 2024 sampai saat ini masih terus dilakukan oleh seluruh pihak, karena masih tingginya aktivitas gunung tersebut.
Merujuk data yang dihimpun, selama tahun 2024 sampai 16 Agustus 2025, telah terjadi erupsi sebanyak 1.340 kali dan delapan kali di antaranya merupakan erupsi berskala besar, sedangkan status aktivitas gunung mengalami turun naik pada level 3 dan level 4. Saat ini, status gunung berada di level 4 (AWAS).
Fakta ini diungkap oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat menghadiri rapat tingkat menteri membahas perkembangan Penanganan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, di kantor Kemenko PMK, Jakarta, belum lama ini.
Rapat yang dipimpin oleh Menko PMK Prof. Pratikno dan dihadiri perwakilan kementerian/lembaga dan perwakilan pemerintah daerah terdampak bencana.
“Sampai saat ini erupsi terus terjadi, sehingga statusnya di sana (Kabupaten Flores Timur) tetap tanggap darurat,” ujar Suharyanto.
Mengingat erupsi yang tidak berkurang, masyarakat yang berada di kawasan risiko bencana pun telah sejak lama diungsikan di tempat aman dan sebagian besar telah menempati hunian sementara (huntara) yang disediakan oleh pemerintah.
“Sebagian besar sudah ada di huntara, kehidupan masyarakatnya sudah mulai normal. Huntara ini dibangun di tempat aman, jauh dari kawasan gunung.” tutur Suharyanto.
Total data pengungsi yang memilih tinggal di huntara sebanyak 2.850 jiwa atau 850 Kepala Keluarga (KK).
Selain itu, sedikitnya 563 KK atau 2.178 masyarakat, mengungsi mandiri di rumah keluarga dan kerabat yang aman.
Sementara itu, huntara Tahap III yang sedang dibangun, sebagian telah siap digunakan dan sebagian lagi dalam proses finalisasi.
“Satu tempat di Pos Pengungsian Konga masih ada pengungsi berjumlah 250 kepala keluarga, itu segera akan dipindahkan ke huntara tahap akhir, akan selesai pada Agustus, sehingga semua masyarakat terdampak, bisa tinggal di huntara,” ujarnya.
Tidak hanya membangun hunian sementara, para pengungsi juga turut mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari. Ini tidak terlepas dari
kolaborasi yang apik antara seluruh elemen yang ada di wilayah Kabupaten Flores Timur.
“Logistik dan kebutuhan masyarakat, tidak ada masalah, dipenuhi pemerintah, lembaga dan dunia usaha semua terlibat di dalamnya,” tuturnya.
Kepala BNPB menjelaskan, para pengungsi tidak selamanya tinggal di huntara. Pemerintah telah menyiapkan relokasi ke hunian tetap di wilayah Desa Noboleto.
Saat ini, telah dilakukan pembukaan jalan dengan jarak sepanjang 8 kilometer dari jalan utama untuk menuju lokasi hunian tetap tersebut.
“Mereka tidak selamanya tinggal di huntara, sedang proses dipindah ke tempat permanen atau hunian tetap, sekarang sedang proses penyiapan,” ungkapnya.
Pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat terdampak untuk relokasi yang disiapkan pemerintah saja, tetapi diberikan keleluasaan untuk melakukan relokasi mandiri ke tempat lain yang diminati oleh para masyarakat.
“Tentunya relokasi mandiri harus ke tempat yang lebih aman dan terhindar dari dampak erupsi,” jelasnya. BI