Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu mengatakan, peningkatan daya saing industri berarti harus menjadi bagian dari rantai pasokan yang berkelanjutan (sustainable).
Menurutnya, pada titik keberlanjutan, daya saing saat ini bukan hanya tentang membuat barang semurah mungkin dan harus menjadi bagian dari rantai pasokan yang berkelanjutan.
“Ini berarti kita memang membutuhkan energi hijau untuk mendorong produksi dan layanan kita. Itu berarti Anda harus menjadi bagian dari rantai pasokan yang berkelanjutan,” kata Mari Elka dalam SDGs Lecture 2025 di Gedung Bappenas, Jakarta.
Apabila upaya tersebut tidak dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan, maka Indonesia takkan kompetitif karena tiada kemampuan menjual barang atau produk hijau ke pasar internasional atau domestik.
Dia menjelaskan, tantangan ekonomi Indonesia saat ini adalah rasio output modal investasi yang tinggi (Incremental Capital Output Ratio/ICOR).
Penggunaan investasi di Indonesia tidak efisien dan memiliki pengganda fiskal yang rendah, artinya investasi pemerintah tidak berdampak sebagaimana mestinya karena berbagai hambatan dalam iklim investasi.
“Banyak dari isu – isu ini muncul sebagai hambatan investasi, dan kita tertinggal dari negara – negara ASEAN lainnya dalam hal kemudahan berbisnis. Ini tentang biaya logistik, kebijakan perdagangan dan kapasitas tenaga kerja yang terbatas yang menghambat kemajuan kita,” tuturnya.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan dalam persoalan daya saing industri, mengatasi masalah sumber daya manusia dan mengembangkan kualitas tenaga kerja, sehingga Indonesia akan mampu menarik investasi yang bakal menciptakan lapangan kerja.
“Kita harus meningkatkan iklim investasi, kemudahan berbisnis, dan meningkatkan daya saing industri untuk menciptakan lapangan kerja dan memastikan keberlanjutan ekonomi jangka panjang,” jelasnya. I