Ini Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air padal 30 November 2025

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghimpun kejadian bencana dan penanganannya sejak Sabtu, (29/11) pukul 07.00 WIB sampai dengan Minggu, (30/11) pukul 07.00 WIB.

Sejumlah bencana hidrometeorologi basah terjadi di beberapa daerah pada periode tersebut.

Kejadian bencana pertama, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur wilayah Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya pada Jumat, (28/11), sejak pukul 12.25 Wita.

Curah hujan tersebut disertai kilat, petir, dan angin kencang yang berlangsung hingga pukul 15.25 Wita.

Cuaca ekstrem ini menyebabkan aliran air dari kawasan perbukitan meningkat drastis, sehingga debit sungai di wilayah Desa Pandai, Kecamatan Woha, bertambah dan meluap ke permukiman warga.

Luapan air yang tidak tertampung ini kemudian membanjiri rumah penduduk, jalan lingkungan dan lahan pertanian di Desa Pandai.

Arus banjir yang datang secara tiba-tiba membuat warga tidak sempat menyelamatkan sebagian harta benda mereka.

Berdasarkan pendataan awal, sekitar 294 Kepala Keluarga (KK) terdampak dan 294 unit rumah mengalami kerusakan atau terendam banjir.

Menindaklanjuti kejadian tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima segera melakukan koordinasi dengan pihak kecamatan, aparat kepolisian, TNI dan pemerintah desa setempat.

Petugas di lapangan telah melakukan pengamatan, pendataan, kaji cepat, dan penanganan darurat pada area terdampak.

Selain itu, koordinasi lanjutan juga dilakukan dengan dinas terkait di tingkat kabupaten dan provinsi untuk memastikan langkah penanganan sesuai kewenangan dan kebutuhan di lapangan.

Sejumlah kebutuhan mendesak mulai teridentifikasi, antara lain bantuan tanggap darurat dan dukungan logistik dan peralatan untuk menunjang proses penanganan.

Hingga Sabtu, 29 November 2025, upaya penanggulangan masih berlangsung.

Pemerintah daerah bersama instansi terkait terus berupaya memulihkan kondisi warga dan mempercepat pendataan untuk memastikan kebutuhan bantuan dapat terpenuhi secara tepat dan cepat.

Sementara itu, hujan dengan durasi panjang mengguyur wilayah Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara, pada Kamis, (27/11), sejak pukul 04.00 WIB hingga 17.23 WIB.

Hujan yang turun terus-menerus dalam rentang waktu tersebut menyebabkan aliran air tidak tertampung dengan baik, sehingga beberapa wilayah di provinsi tersebut mengalami genangan yang berkembang menjadi banjir.

Peristiwa ini berdampak pada tujuh kecamatan di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kecamatan Sei Dadap, Rawang Pancar Arga, Air Joman, Kota Kisaran Timur, Kota Kisaran Barat, Setia Janji, dan Tinggi Raja.

Akibat banjir, sebanyak 242 KK atau 453 jiwa terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Sementara itu, pendataan mengenai kerugian materiel masih terus dilakukan oleh pihak berwenang di wilayah provinsi tersebut.

Sebagai langkah mitigasi dan penanganan bencana, BPBD Kabupaten Asahan telah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Sumatra Utara serta pemerintah setempat untuk melakukan assessment dan memastikan penanganan berlangsung tepat sasaran.

Upaya ini dilakukan guna memetakan kebutuhan warga terdampak dan mengatur proses distribusi bantuan dengan lebih optimal.

Untuk memperkuat langkah respons, Pemerintah Provinsi Sumatra Utara telah menetapkan Status Tanggap Darurat berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatra Utara Nomor 188.44.836/KPTS/2025.

Status ini berlaku selama 14 hari, mulai 27 November hingga 10 Desember 2025 dan dapat diperpanjang sesuai situasi perkembangan bencana di provinsi tersebut.

Kondisi di beberapa kecamatan wilayah Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara, air berangsur – angsur surut.

Baca Juga:  KEMENTERIAN PUPR FOKUS TIGA PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TAHUN 2023

Meski demikian, proses penanganan di lapangan masih terus dilakukan guna memastikan pemulihan kondisi masyarakat berjalan aman, terkendali, dan berkelanjutan.

Berdasarkan pemutakhiran data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 29 November 2025 pukul 17.40 WIB.

Provinsi Aceh

Tercatat sebanyak 47 korban meninggal dunia, 51 orang dinyatakan hilang dan 8 orang mengalami luka – luka.

Wilayah yang mencatatkan jumlah korban terbanyak meliputi Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah, dengan sebaran korban meninggal juga ditemukan di Pidie Jaya, Bireun, Gayo Lues, Subulussalam hingga Lhokseumawe.

Dampak kerusakan infrastruktur dan gelombang pengungsian yang masif terjadi di berbagai titik vital. Kabupaten Aceh Utara menjadi wilayah dengan dampak pengungsian terbesar, banjir yang melanda 19 kecamatan telah memaksa lebih dari 44.350 jiwa untuk mengungsi, serta merendam belasan ribu unit rumah.

Sementara itu, Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah menghadapi situasi kritis akibat kombinasi banjir dan longsor yang masing – masing merenggut 16 nyawa.

Di sisi lain, Kabupaten Aceh Tenggara mencatat angka orang hilang yang cukup tinggi, yakni sebanyak 25 orang yang masih dalam proses pencarian.

Merespons situasi darurat ini, pemerintah melalui BNPB menggencarkan distribusi bantuan logistik yang dipusatkan di Lanud Sultan Iskandar Muda.

Hingga Sabtu (29/11), berbagai bantuan strategis telah tiba, mencakup 500 dus mi instan, 28 unit perangkat komunikasi canggih Starlink, 28 unit genset untuk pasokan listrik darurat, serta peralatan evakuasi vital seperti perahu karet dan tenda pengungsi.

Logistik permakanan tambahan berupa paket Family Food (Eprokal dan Naraga) juga telah disiapkan dalam jumlah besar untuk memastikan kebutuhan gizi para pengungsi terpenuhi.

Penyaluran bantuan ini bergerak cepat menyasar daerah – daerah yang terdampak parah serta mendukung operasional petugas di lapangan.

Wilayah seperti Pidie Jaya, Pidie, Bireun dan Aceh Barat telah menerima pasokan prioritas berupa tenda, perahu karet LCR, genset, dan logistik makanan.

Selain itu, dukungan operasional berupa perangkat Starlink dan genset juga telah didistribusikan kepada satuan militer setempat, seperti Yonif 113/JS dan Korem 012/TU, guna memastikan kelancaran komunikasi dan koordinasi penanganan darurat di lokasi bencana yang sulit dijangkau.

Provinsi Sumatra Utara
Bencana hidrometeorologi ini telah menelan korban jiwa sebanyak 166 orang meninggal dunia.

Selain itu, upaya pencarian masih terus dilakukan secara intensif mengingat sebanyak 143 orang masih dinyatakan hilang.

Ribuan warga terpaksa mengungsi di berbagai titik pengungsian karena rumah mereka rusak berat atau terendam banjir, serta akses wilayah yang terputus.

Dampak paling fatal dan kerusakan terparah terkonsentrasi di tiga wilayah utama, yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pada Kabupaten Tapanuli Selatan, tercatat 46 korban meninggal dan 52 orang hilang, sedangkan Kota Sibolga mencatat 46 meninggal dan 33 orang hilang. Situasi kritis juga terjadi di Kabupaten Tapanuli Tengah yang melaporkan 35 korban jiwa dan 54 orang hilang.

Di wilayah Tapanuli Tengah ini, akses jalan antar-kabupaten/kota terputus total, disertai padamnya aliran listrik dan gangguan jaringan telekomunikasi yang menghambat koordinasi lapangan.

Selain ketiga wilayah tersebut, dampak bencana juga meluas ke berbagai kabupaten dan kota lainnya.

Baca Juga:  PERSIAPAN INFRASTRUKTUR JELANG KTT G20 SELESAI JULI 2022

Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan turut melaporkan adanya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan, termasuk rumah yang hanyut dan jembatan yang rusak.

Di wilayah Pesisir Timur dan perkotaan seperti Kota Medan, Kota Binjai, dan Tebing Tinggi, banjir merendam ribuan rumah dan berdampak pada puluhan ribu jiwa, meskipun fokus utama penanganan korban jiwa saat ini berada di wilayah pantai barat Sumatera Utara yang terdampak longsor dan banjir bandang.

Merespons eskalasi bencana ini, BNPB telah menyalurkan bantuan logistik dan peralatan secara bertahap dalam tiga gelombang distribusi. Tahap pertama difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti sembako, makanan siap saji, tenda, dan genset ke seluruh wilayah terdampak. Langkah ini kemudian diperkuat dengan “Penebalan Tahap 2 dan 3” yang menyasar wilayah prioritas seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Sibolga.

Bantuan lanjutan ini mencakup peralatan strategis seperti perangkat satelit Starlink untuk memulihkan komunikasi, light tower portable untuk pencarian malam hari, gergaji mesin (chainsaw), hingga perlengkapan spesifik seperti kantong jenazah, obat-obatan, dan pakaian untuk berbagai usia guna mendukung penanganan korban dan pengungsi secara menyeluruh.

Provinsi Sumatra Barat
Total korban meninggal dunia telah mencapai 90 jiwa, sedangkan 85 orang masih dinyatakan hilang, dan 10 orang mengalami luka – luka.

Eskalasi bencana ini menuntut perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan, mengingat luasnya wilayah yang terdampak dan tingginya angka korban yang masih dalam pencarian.

Kabupaten Agam menjadi wilayah dengan dampak paling parah dan mencatatkan jumlah korban tertinggi, yakni 74 orang meninggal dunia dan 78 orang dinyatakan hilang.

Selain Agam, sebaran korban jiwa juga terjadi di beberapa wilayah lain seperti Kota Padang Panjang dengan 7 korban meninggal, Kota Padang dengan 5 korban meninggal, serta korban jiwa yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar, Pasaman Barat, Kota Solok, hingga Kepulauan Mentawai.

Bencana ini memukul rata berbagai topografi wilayah di Sumatra Barat, mulai dari kawasan pesisir hingga dataran tinggi.

Di sektor infrastruktur dan sosial, kerusakan yang ditimbulkan sangat masif. Kabupaten Pesisir Selatan mengalami kerugian material terbesar dengan 11.650 unit rumah terendam banjir dan hampir 50.000 jiwa terdampak.

Gelombang pengungsian besar juga terjadi di Kota Padang, di mana lebih dari 18.000 jiwa terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Sementara itu, Kabupaten Padang Pariaman menghadapi kerusakan infrastruktur vital yang parah akibat kombinasi banjir dan longsor, yang merusak jembatan, jalan raya, bendungan hingga lahan pertanian, sehingga menghambat akses dan mobilitas warga.

Merespons kondisi darurat ini, pemerintah telah menyalurkan bantuan logistik secara bertahap ke seluruh kabupaten dan kota terdampak.

Distribusi bantuan Tahap 1 dan Tahap 2 mencakup kebutuhan dasar mendesak seperti ribuan paket sembako, makanan siap saji, kasur lipat, selimut, dan perlengkapan kebersihan (hygiene kit).

Dukungan peralatan operasional juga diperkuat oleh Polda Sumbar yang menyediakan unit gergaji mesin (chainsaw) dan genset untuk mempercepat proses evakuasi dan pembersihan.

Guna mengantisipasi kebutuhan lanjutan, stok cadangan logistik dalam jumlah besar juga telah disiagakan di Kota Padang sebagai pusat distribusi. I

Kirim Komentar