Ini Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana pada 27 Mei 2025

Musim pancaroba dan cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini menyebabkan berbagai bencana di sejumlah wilayah Indonesia, mulai dari banjir pergerakan tanah, hingga kebakaran hutan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bersama BPBD dan pihak terkait lainnya, terus berupaya menanggulangi dampak bencana yang ditimbulkan.

Berikut rangkuman beberapa kejadian bencana hingga Selasa (27/5). Salah satu kejadian bencana terjadi di Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur, ketika hujan lebat disertai angin kencang melanda wilayah tersebut pada Senin (26/5).

Cuaca ekstrem ini mengakibatkan kerusakan 17 rumah rusak ringan, sembilan rumah rusak sedang dan satu rumah rusak berat di Desa Mlandingan Kulon, Kecamatan Mlandingan, serta berdampak pada 27 Kepala Keluarga (KK)/111 jiwa terdampak.

Sebagai bentuk respon cepat, BPBD dan pihak terkait segera melakukan peninjauan, serta penanganan awal di lokasi kejadian.

Koordinasi lintas sektor dijalankan untuk memastikan seluruh proses penanganan berjalan dengan baik, termasuk pemberian imbauan agar warga tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi.

Tidak berhenti sampai di situ, BPBD juga telah menyiapkan langkah lanjutan, termasuk rencana pelaksanaan Jitupasna (Pengkajian Kebutuhan Pascabencana) dan distribusi bantuan logistik bagi warga terdampak sebagai bagian dari upaya pemulihan awal.

Di tengah penanganan bencana di Situbondo, wilayah lain di Indonesia pun mengalami bencana serupa.

Kali ini, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Nagari Andaleh, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat pada Senin, (26/5) pukul 12.59 WIB yang disebabkan oleh cuaca panas ekstrem akibat musim kemarau.

Kebakaran ini menyebar dengan cepat, membakar hingga 30 hektar lahan. Tidak ada korban jiwa, tetapi tantangan besar muncul, karena medan yang sulit dan terbatasnya pasokan air untuk pemadaman.

Sebagai langkah penanggulangan, BPBD setempat bersama Dinas Pemadam Kebakaran, TNI, serta unsur lain langsung bergerak untuk memadamkan api dan melakukan kaji cepat atas dampak yang terjadi.

Bantuan logistik air juga disalurkan untuk mendukung upaya pemadaman di lapangan.

Dengan kerja sama berbagai pihak, api akhirnya berhasil dipadamkan. Namun, masyarakat tetap diimbau untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar, mengingat potensi karhutla masih tinggi selama musim kemarau.

Sementara itu, curah hujan tinggi kembali menimbulkan banjir di wilayah Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

Dua kecamatan terdampak cukup parah akibat luapan sungai, yakni Lakbok dan Purwadadi, dengan lahan pertanian serta pemukiman warga ikut tergenang.

Bencana banjir ini datang berturut-turut, dimulai pada Sabtu malam (24/5) di Desa Sukanagara mengakibatkan satu jalan desa terdampak, dan 150 hektar lahan persawahan terdampak.

Pada lokasi lainnya pada Senin pagi (26/5) di Desa Sidarahayu mengakibatkan 20 KK/62 jiwa terdampak, satu jalan desa terdampak dan 253 hektar lahan persawahan terdampak.

Pendataan dampak dan korban masih berlangsung di lapangan oleh tim gabungan dari BPBD, pemerintah desa dan relawan.

Melihat kondisi banjir yang belum surut, pemerintah daerah meminta warga untuk lebih waspada, terutama di sekitar aliran sungai, serta segera melapor jika terjadi kenaikan debit air yang membahayakan.

Tidak hanya banjir, bencana pergerakan tanah kembali mengancam wilayah Ciamis, tepatnya di Desa Neglasari, Kecamatan Pamarican pada Jumat, (23/5) pukul. 03.00 WIB.

Aktivitas ini dipicu oleh hujan berintensitas tinggi dan menjadi kelanjutan dari fenomena serupa.

Retakan tanah kembali muncul dan merusak sejumlah rumah warga. Total 14 KK terdampak dengan kerugian materil empat rumah terdampak, tujuh rumah rusak ringan dan tiga rumah rusak sedang.

Sebagai bentuk antisipasi dan penanganan, BPBD segera berkoordinasi dengan aparat setempat untuk melakukan penilaian lapangan dan tindakan darurat.

Penutupan sementara pada retakan dilakukan untuk mencegah meluasnya kerusakan.

Saat ini, Kabupaten Ciamis masih dalam status Siaga Darurat Bencana, yang berlaku hingga akhir Mei 2025.

Sebagai langkah antisipatif menghadapi peningkatan risiko bencana akibat cuaca ekstrem, BNPB mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi perkembangan cuaca, menghindari aktivitas di area rawan seperti lereng curam dan bantaran sungai saat hujan deras, serta tidak melakukan pembakaran lahan selama musim kemarau.

Warga juga diingatkan agar segera melaporkan kepada BPBD setempat jika menemukan tanda-tanda potensi bencana, seperti retakan tanah, pohon tumbang, atau kenaikan debit sungai. I

 

 

 

Kirim Komentar