Keketuaan Indonesia pada Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) berada pada titik sejarah yang penting.
Menurut Sekretaris Eksekutif Pusat Studi ASEAN Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Shofwan Al Banna Choiruzzad, setidaknya ada tiga hal yang membuat ASEAN Chairmanship Indonesia menjadi penting.
Pertama, dunia, termasuk kawasan Asia Tenggara, masih berada dalam situasi pemulihan pascapandemi dan perlambatan ekonomi global.
“Asia Tenggara sebagai salah satu dari sedikit titik pertumbuhan dunia menjadi kawasan yang penting untuk membantu pemulihan global,” ujarnya, baru-baru ini.
Kedua adalah ketegangan geopolitik meningkat, terutama di kawasan Indo-Pasifik di mana negara-negara ASEAN berada di dalamnya.
Ketiga, lanjut Shofwan, di tengah dua tantangan besar tersebut, ASEAN menghadapi tantangan dari dalam yang sangat kompleks, seperti krisis di Myanmar.
Untuk itu, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023 harus bisa menerjemahkan ASEAN Outlook on Indo-Pacific, termasuk dalam kerja sama-kerja sama yang konkret dan berdampak pada sentralitas ASEAN di Indo-Pasifik.
KTT ke-42 ASEAN 2023 yang akan digelar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 9-11 Mei 2023 memiliki delapan agenda pertemuan.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, ada delapan pertemuan pada KTT ke-42 ASEAN itu yang digelar dalam format pleno dan retreat, tujuh di antaranya akan dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Rangkaian KTT akan dimulai pada 8 Mei dengan Senior Official Meeting dan dilanjutkan dengan pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri pada 9 Mei.
Menlu menurutkan, selama dua hari penyelenggaraan KTT, Presiden Jokowi akan mengikuti delapan pertemuan yang tujuh di antaranya akan dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi.
Pertemuan tersebut, yaitu sesi plenary dan retreat, pertemuan IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle), pertemuan BIMP-EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines East ASEAN Growth Area), serta serangkaian pertemuan dengan parlemen, pebisnis, pemuda, dan high level task force yang bertugas menyiapkan visi jangka panjang ASEAN.
“Jadi total ada delapan pertemuan, tujuh pertemuan di antaranya akan dipimpin oleh Bapak Presiden, karena yang BIMP-EAGA itu akan dipimpin oleh PM Malaysia, karena rotasinya memang keketuaan BIMP-EAGA sedang ada di Malaysia,” jelas Menlu.
Terkait dengan lokasi untuk KTT ke-42, Menlu menyampaikan bahwa pemilihan Labuan Bajo merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempromosikan destinasi ini secara global. I
Komentar ditutup.