Dalam rangka mempromosikan pariwisata Indonesia dan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyelenggarakan misi penjualan (sales mission) di Kota Kathmandu, Nepal.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, wisatawan mancanegara (wisman) asal Nepal menunjukkan pertumbuhan yang positif di Indonesia pascapandemi.
Pada tahun 2023, kunjungan wisman asal Nepal naik 186% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Sejak Januari hingga Juli 2024, kunjungan wisman asal Nepal mencapai 5.058 wisman atau meningkat 70,48% dari periode yang sama pada tahun 2023.
Pada periode Juli 2024, kenaikan jumlah kedatangan wisman asal Nepal mencapai 91,9% dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2023.
Deputi Bidang Pemasaran, Ni Made Ayu Marthini saat menyampaikan Indonesia Tourism Update pada saat pembukaan Sales Mission Nepal 2024 menyatakan, jumlah wisman asal Nepal harus terus didorong dengan berbagai kegiatan promosi.
“Secara angka memang belum setinggi top origins country lainnya, tapi tren peningkatan yang signifikan menunjukkan bahwa Indonesia semakin populer di kalangan wisatawan Nepal. Sebaliknya, di kalangan anak muda Indonesia Nepal terkenal dengan wisata petualangan,” kata Made.
Made menambahkan, dua tantangan dalam menggeliatkan pasar wisman Nepal adalah konektivitas dan visa, tetapi ini tidak menjadi penghalang untuk terus bagi Indonesia memperkenalkan pariwisata di negara itu.
“Kita memang belum punya konektivitas secara langsung dengan Nepal, tetapi bisa mendorong mereka untuk berkolaborasi dengan industri pariwisata di kota atau negara hub yang memiliki penerbangan ke Kathmandu, seperti Kuala Lumpur yang memiliki konektivitas dengan maskapai Malaysia Airlines, Air Asia, ataupun Himalaya Airlines yang berkolaborasi dengan Batik Air, serta Singapura, Vietnam, Bangkok dengan berbagai pilihan maskapai internasional,” ujar Made.
Tantangan lainnya adalah Nepal tidak menjadi negara subjek Visa on Arrival (VoA) sehingga wisman asal Nepal harus membayar visa untuk bisa berkunjung ke Indonesia.
“Namun, Kemenparekraf mencoba meyakinkan industri pariwisata di Nepal bahwa Indonesia punya best value. Jika dibandingkan dengan negara – negara kompetitor, kita dapat bersaing secara harga yang dibayarkan untuk pengalaman menakjubkan. Ketika sudah datang dan menikmati keindahan destinasi, all is worth it,” jelas Made.
Misi penjualan ini merupakan bentuk kolaborasi aktif antara Kemenparekraf/Baparekraf dengan lebih dari 30 perusahaan industri pariwisata dalam negeri.
Selain mempertemukan industri pariwisata Indonesia dan Nepal untuk menawarkan berbagai paket destinasi, kegiatan ini juga sebagai momentum untuk berinteraksi langsung dengan industri pariwisata Nepal guna mendapatkan pandangan dari sisi wisatawan, sekaligus melakukan pendekatan persuasif.
Destinasi yang dipromosikan pada misi penjualan ini terdiri dari Bali dan Lima Destinasi Super Proritas.
Kemenparekraf juga menawarkan segmen khsus di antaranya MICE (Meeting, Incentives, Convention, and Exhibiton), family, wedding, honeymoon, dan luxury.
Selain itu, dikenalkan pula destinasi-destinasi baru lainnya, yakni Batam-Bintan, Bandung, dan Bromo.
“Kami tawarkan Batam-Bintan sebagai destinasi alternatif dari Singapura ataupun Malaysia. Utamanya dari Singapura yang hanya ditempuh kurang dari 1 jam dengan kapal ferry untuk sampai di Batam-Bintan,” ungkapnya.
Destinasi ini menawarkan keindahan dan atraksi seperti blue lagoon, water sport dan lain – lain.
Hal ini sangat potensial untuk turis Asia Selatan, termasuk Nepal yang melakukan perjalanan melalui Singapura sebagai hub,” tutur Made. I