Industri otomotif memiliki peran penting dan strategis dalam menopang perekonomian nasional.
Menurut Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, tidak hanya berkontribusi pada sektor hulu (backward linkage) yang menyuplai bahan baku atau komponen produksi, seperti industri logam, elektronik, kaca dan karet, tetapi industri otomotif juga membawa dampak positif terhadap sektor hilir (forward linkage) yang memanfaatkan hasil produksinya (output) antara lain oleh sektor perdagangan, transportasi dan logistik.
“Industri otomotif merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, Indonesia punya potensi sebagai pasar terbesar kendaraan bermotor di Asia Tenggara,” jelasnya pada Pengumuman Produk Suzuki Fronx di Jakarta, baru – baru ini.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, industri kendaraan bermotor memiliki nilai forward linkage sebesar 0,835 dan backward linkage sebesar 0,975.
Nilai tersebut menunjukkan angka yang cukup tinggi dalam membawa dampak terhadap ketergantungan dan keterkaitan pada sektor lain.
Namun demikian, pada tahun 2024, terjadi penurunan penjualan kendaraan bermotor dibandingkan dengan tahun 2023.
Penurunan ini memberi dampak terhadap backward linkage dan forward linkage industri otomotif sebesar Rp10 triliun, yang terdiri dari backward linkage sebesar Rp5,4 triliun dan forward linkage sebesar Rp4,6 triliun.
Untuk meningkatkan backward linkage dan forward linkage di industri otomotif, pemerintah berupaya memberikan insentif pajak, mendorong inovasi dan mendukung perluasan pasar ekspor.
Selain itu, Wamenperin Riza menambahkan, perlu ada regulasi yang mendukung pertumbuhan industri dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta teknologi.
Menurutnya, di tengah tantangan global terkait perubahan iklim, industri otomotif juga diminta berkomitmen untuk mendukung transisi menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Kendaraan dengan emisi karbon rendah, lanjut Wamenperin Riza, merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kualitas udara.
“Oleh karena itu, pemerintah memberikan dukungan penuh dalam pengembangan industri kendaraan emisi karbon rendah, sebagai bagian dari komitmen terhadap pengurangan emisi karbon dan upaya menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan,” tuturnya.
Wamenperin Riza memberikan apresiasi kepada PT Suzuki Indomobil Motor yang mengumumkan kehadirian Suzuki Fronx di Indonesia.
Suzuki Fronx merupakan sebuah inovasi kendaraan mild hybrid terbaru dari Suzuki Indonesia yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam peta industri otomotif global dan menambah alternatif pilihan produk kendaraan bermotor ramah lingkungan.
“Peluncuran ini menandai komitmen Suzuki terhadap pasar Indonesia dan menunjukkan kepercayaan perusahaan internasional terhadap potensi besar yang dimiliki oleh industri otomotif di tanah air,” jelasnya.
Kehadiran Suzuki Fronx ini melanjutkan kesuksesan produk ramah lingkungan Suzuki sebelumnya seperti Ertiga Hybrid dan XL7 Hybrid.
“Kami berharap Suzuki Fronx tidak hanya diproduksi untuk pasar domestik, melainkan juga untuk memenuhi pasar ekspor global,” ujar Wamenperin Riza.
PT Suzuki Indomobil Motor, salah satu pabrikan otomotif terbesar di Indonesia, yang telah berperan penting mendukung kinerja industri sektor otomotif nasional.
Terbukti dari angka produksi yang mencapai 73.000 unit dan penjualan sebanyak 65 ribu unit pada tahun 2024 sehingga menempatkan Suzuki ke dalam lima besar pabrikan otomotif di Indonesia.
Presiden Direktur Suzuki Indomobil Motor dan Suzuki Indomobil Sales Minoru Amano menuturkan, peluncuran Fronx di Tanah Air merupakan langkah penting bagi bisnis Suzuki secara keseluruhan.
“Suzuki Fronx ini bukan hanya mobil baru tapi pilar baru dalam bisnis kami, dengan target penjualan 2.000 unit per bulan,” katanya.
Suzuki optimistis Fronx akan diterima dengan baik oleh konsumen di Indonesia. Keyakinan ini didukung oleh fakta bahwa Fronx sudah diproduksi secara lokal di pabrik Suzuki di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. I