Kemenperin Dorong Kemandirian Industri Alkes

Industri alat kesehatan merupakan salah satu sektor prioritas nasional yang terus menunjukkan peningkatan melalui penguatan ekonomi dan ekosistemnya.

Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025 – 2029 yang menetapkan industri alkes adalah sektor strategis, PT Dräger Indonesia melakukan peluncuran fasilitas produksi ventilator di Bekasi, Jawa Barat.

“Saya mengucapkan selamat kepada PT Dräger Indonesia, karena investasi yang dilakukan tidak hanya menunjukkan kepercayaan terhadap potensi pasar Indonesia, tetapi juga merupakan kontribusi nyata dalam memperkuat pondasi kemandirian industri alat kesehatan nasional,” tutur Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza di Bekasi, baru – baru ini.

Dengan memproduksi ventilator di dalam negeri, dia menambahkan, PT Dräger Indonesia turut mendukung program substitusi impor, menciptakan lapangan kerja, memfasilitasi transfer teknologi dan mendorong Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

“Kinerja sektor industri manufaktur Indonesia saat ini menunjukkan capaian yang positif,” tegas Wamenperin Riza.

Berdasarkan data World Bank dan United Nations Statistics, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2023 mencapai US$255,96 miliar, menempatkan Indonesia di peringkat ke-12 dunia dan ke-5 di ASEAN.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Stastistik (BPS), sektor industri pengolahan nonmigas mencatatkan kontribusi sebesar 17,50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Triwulan I/2025, naik sebesar 17,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

Data ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia juga tetap tercatat sebagai sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan kinerja ekspor nasional.

Wamenperin Riza menuturkan, kebutuhan alat kesehatan dalam negeri diproyeksikan terus meningkat, didorong oleh pertumbuhan penduduk, dinamika epidemiologi dan ekspansi fasilitas layanan kesehatan.

Produk ventilator saat ini termasuk dalam sepuluh besar alat kesehatan dengan nilai impor tertinggi, yang pada tahun 2024 tercatat sebesar US$68,4 juta, naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini mengindikasikan tantangan besar kemandirian sektor kesehatan nasional yaitu dominasi produk impor yang masih tinggi.

Selain itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melihat peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri alkes.

“Dalam konteks ini, kami memberikan apresiasi kepada PT Dräger Indonesia atas komitmen dan investasi yang dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi dalam negeri, mendukung substitusi impor, menciptakan lapangan kerja, serta memfasilitasi transfer teknologi dan penguatan sumber daya manusia industri,” jelasnya.

Hal ini, lanjut Wamenperin Riza, sangat sejalan dengan kebijakan pemerintah terkait Program P3DN dan transformasi industri 4.0.

Sebagai bagian dari upaya pemerintah memperkuat industri nasional, Kemenperin terus memberikan dukungan kepada pelaku industri melalui berbagai kebijakan, insentif, fasilitasi TKDN, dan mendorong kolaborasi antara industri, lembaga riset, serta instansi pemerintah.

“Kami percaya, melalui langkah konkret seperti yang ditunjukkan PT Dräger Indonesia, kita akan mampu membangun ekosistem industri alat kesehatan yang kuat, mandiri, dan berdaya saing global, menuju cita – cita besar Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Wamenperin Riza berharap, dari kolaborasi antar pemangku kepentingan dan pelaku industri akan menjadi pemicu lahirnya lebih banyak investasi, inovasi, serta sinergi untuk mendukung ketahanan industri kesehatan nasional.

Turut hadir dalam kegiatan peresmian tersebut, Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel, Dirjen Farmalkes Kementerian Kesehatan Lucia Rizka Andalusia dan jajaran manajemen dari PT Dräger Indonesia, serta mitra strategis lainnya. I

Kirim Komentar