Kemenperin Dorong Pembentukan Sentra Industri di Kawasan Transmigrasi

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pembentukan sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) di kawasan transmigrasi sebagai bagian dari upaya pemerataan pembangunan industri di seluruh Indonesia.

Menurut Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza, langkah tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

“Salah satu strategi besar industrialisasi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, yaitu membangun industri, mendukung pemerataan ekonomi melalui pengembangan industri rakyat dan industri kecil menengah berbasis perwilayahan industri,” katanya dalam acara Pelepasan Tim Ekspedisi Patriot di Jakarta.

Wamenperin Riza menjelaskan bahwa visi perwilayahan industri adalah menyeimbangkan pertumbuhan antara industri di Pulau Jawa dan luar Jawa. “Tujuannya untuk menciptakan porsi pertumbuhan yang lebih berimbang.”

Dia menambahkan, sentra IKM ini dapat dibentuk dalam klaster industri tertentu, baik dalam satu desa maupun beberapa desa yang saling berkaitan.

Pembentukan tersebut, lanjutnya, akan didasarkan pada ketersediaan sumber daya alam dan manusia di wilayah tersebut, sesuai dengan persebaran Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI).

Sentra IKM diharapkan dapat menjadi pemasok produk bagi kawasan industri besar, sehingga menciptakan ekosistem usaha yang kuat dan berkelanjutan.

“Keberadaan kawasan industri berbasis industri besar dapat memperkuat ekosistem usaha di mana desa industri menjadi pemasok yang bisa menyediakan produk untuk digunakan di kawasan industri maupun stakeholder lainnya,” tuturnya.

Wamenperin Riza mencontohkan Morowali di Sulawesi Tengah, yang dulunya merupakan tujuan transmigrasi, kini telah berkembang pesat menjadi kawasan industri besar.

Dahulu, lanjutnya, Morowali hanya berpenduduk sekitar 2.000 orang, tetapi saat ini, jumlah pekerjanya mencapai hampir 90.000 orang.

Menurut Wamenperin Riza, sebelum ada kawasan industri, para transmigran di Morowali hanya mengandalkan pertanian dan perikanan.

Baca Juga:  Proporsi Pekerja Informal di Indonesia Naik 59,40%

Namun, dalam 20 tahun, daerah tersebut bertransformasi menjadi pusat pengolahan sumber daya alam, seperti nikel, alumina dan gas.

“Para transmigran kini memperoleh banyak manfaat dari kegiatan industri ini, bahkan menjadi bagian penting dari pengembangannya,” ungkapnya.

Melalui pendekatan hilirisasi industri, ia menilai program transmigrasi dapat memperkuat rantai pasok bahan baku, membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.

Wamenperin Riza menyebutkan bahwa beberapa komoditas lokal yang memiliki potensi besar di kawasan transmigrasi antara lain kakao, kopi, sawit, karet, gula, dan jagung.

Untuk kakao, dia menuturkab, produksi dalam negeri masih jauh di bawah kebutuhan nasional. Kakao dapat diolah menjadi pasta, bubuk hingga produk kosmetik dan farmasi. “Daerah potensialnya tersebar di Aceh, Sulawesi dan Papua Barat.”

Sementara itu, untuk kopi, kopi Indonesia memiliki permintaan tinggi di pasar global dan kopi dapat diolah menjadi kopi bubuk instan hingga produk makanan dan perawatan tubuh.

Daerah potensial kopi berada di Aceh, Sumatra Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan NTB.

“Hilirisasi menjadi salah satu sektor yang sangat erat kaitannya dengan transmigrasi, sehingga apapun yang dilakukan oleh pemerintah hari ini pada dasarnya adalah melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh para transmigran bertahun-tahun lamanya,” jelas Wamenperin Riza. I

Kirim Komentar