Kementerian PUPR Bangun 430 Homestay dan Usaha Pendukung Wisata di KSPN BTS

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan telah melakukan peningkatan kualitas rumah swadaya bagi masyarakat yang tinggal di koridor Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo-Tengger-Semeru (BTS), Jawa Timur.

Tercatat sebanyak 430 rumah warga yang tidak layak huni dilakukan rehabilitasi dengan peruntukan 310 rumah untuk usaha pondok wisata (homestay) dan sisanya 120 rumah untuk usaha pariwisata lainnya seperti warung, kios atau kafe.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan, renovasi rumah warga untuk hunian pariwisata dilakukan dengan pola pemberdayaan, sehingga masyarakat setempat bukan hanya jadi penonton, tapi juga mendapat manfaat ekonomi dari sektor pariwisata.

“Untuk pariwisata, pertama yang harus diperbaiki infrastrukturnya, kemudian amenities dan event, baru promosi besar-besaran. Kalau hal itu tidak siap, wisatawan datang sekali dan tidak akan kembali lagi. Itu yang harus kita jaga betul,” katanya.

Pembangunan rumah wisata ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Perpres Nomor 109 Tahun 2020 untuk meningkatkan kualitas rumah warga sekitar kawasan pariwisata menjadi layak huni dan sekaligus dapat dimanfaatkan untuk usaha pondok wisata, serta usaha pariwisata lainnya, sehingga dapat mendorong perekonomian masyarakat setempat.

Program peningkatan kualitas rumah swadaya di KSPN BTS dikerjakan pada Tahun Anggaran 2021 dengan anggaran Rp25,99 miliar.

Dari total 430 unit rumah sebanyak 310 unit menjadi homestay yang tersebar di Desa Ngadisari Kabupaten Probolinggo 34 unit, Desa Tosari 45 unit dan Desa Wonokitri 35 unit di Kabupaten Pasuruan.

Selain itu, ada di Desa Ngadas 65 unit dan Desa Gubukklakah 66 unit Kabupaten Malang, serta Desa Ranupani 65 unit Kabupaten Lumajang.

Senebtara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa IV Ditjen Perumahan Ali Murtado menjelaskan, desain renovasi rumah warga menjadi Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) dimodifikasi lebih modern.

Baca Juga:  Menparekraf Paparkan Pengembangan Parekraf Berkelanjutan Indonesia di India

Namun, lanjutnya, tidak meninggalkan kearifan lokal masyarakat Suku Tengger sebagai upaya menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menginap.

“Sarana hunian pariwisata ini bisa menjadi alternatif penginapan bagi para wisatawan yang berkunjung di Bromo. Diharapkan dengan kondisi rumah penduduk yang ditingkatkan kualitasnya para wisatawan yang menginap bisa lebih nyaman,” jelasnya Ali Murtado.

Salah satu penerima program Sarhunta di Desa Ngadisari Sudaryanto mengaku adanya program peningkatan kualitas rumah menjadi sarana hunian pariwisata dapat menambah penghasilan keluarga.

Pemilik Homestay Darsana ini sehari-hari bekerja sebagai petani sayuran dengan penghasilan sebulan rata-rata hanya Rp2 juta.

“Untuk semalam kami tawarkan Rp200.000 hingga Rp250.000, bisa menjadi tambahan pemasukan keluarga, tapi kalau boleh berharap tolong kami diberi pelatihan cara mengelola tamu, service homestay dan sebagainya,” tutur Sudaryanto. I

Kirim Komentar