KEMENTERIAN PUPR TINGKATKAN KETAHANAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA

Dalam rangka penguatan koordinasi dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono hadir mendampingi Presiden Jokowi dan berbagi pengalaman terkait bencana dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, belum lama ini.

Hadir pula mendampingi Presiden Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Indonesia Mahfud MD, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Panglima TNI Yudo Margono, Kepala Kepolisian RI Listyo Sigit, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI TB. Ace Hasan Syadzily.

Presiden Jokowi mengatakan, perubahan iklim menyebabkan frekuensi bencana alam di dunia naik drastis.

“Indonesia menempati posisi tiga teratas negara paling rawan bencana. Naik 81% frekuensi bencana alamnya dari tahun 2010 sebanyak 1.945 bencana, sekarang pada 2022 melonjak lagi jadi 3.544 bencana,” kata Presiden.

Kepala Negara menjelaskan, tahap Pra Bencana penting dilakukan guna menyiapkan dan mengedukasi masyarakat terkait langkah-langkah antisipasi bencana.

Hal ini perlu menjadi prioritas untuk meminimalisir korban maupun kerugian, yakni melalui peringatan dini, kemudian dengan cara mengedukasi masyarakat, supaya masyarakat tahu kemana akan berlindung ketika terjadi bencana dan berkaitan dengan tata ruang dan konstruksi.

“Kita sudah punya peta di mana titik lokasi terjadinya erupsi gunung berapi, gempa dan bencana lain. Mestinya mulai diwajibkan kepada masyarakat agar mendirikan bangunan yang konstruksinya anti gempa, terutama di daerah rawan gempa,” jelas Presiden.

Menteri Basuki menuturkan, Kementerian PUPR telah melakukan upaya mitigasi bencana gempa bumi, seperti memanfaatkan Peta Gempa Indonesia Tahun 2017 yang diterbitkan oleh Pusat Gempa Nasional untuk menetapkan Zona Rawan Bencana.

Baca Juga:  KEMENTERIAN PUPR TARGETKAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KOTA PALEMBANG SELESAI AKHIR 2023

“Kementerian PUPR juga mengembangkan teknologi bangunan tahan gempa yang lebih praktis dan terkini untuk meredam energi gempa, yaitu sistem isolasi seismik tipe Damping Rubber Bearing untuk gedung kantor lantai 26 di Jakarta, serta tipe Lead Rubber Bearing yang telah diterapkan pada beberapa jalan dan jembatan,” tuturnya.

Kementerian PUPR bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) juga merencanakan untuk mengirimkan tim engineer ke Turki untuk melakukan pembelajaran terkait masifnya keruntuhan bangunan akibat gempa tektonik yang melanda Turki beberapa waktu lalu.

Ke depan, Kementerian PUPR bersama Komite Keselamatan Bangunan Gedung (KKBG) akan meningkatkan upaya ketahanan konstruksi bangunan di kota besar dan daerah rawan gempa bumi, seperti melakukan audit berkala ketahanan konstruksi terhadap guncangan gempa, serta melakukan penguatan konstruksi pada bangunan yang belum memenuhi standar.

“Kemudian, menerapkan standar bangunan tahan gempa melalui mekanisme Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan penerapan Building Code secara konsisten. Terakhir, menggalakkan pelatihan kepada pelaku pembangunan konstruksi,” ungkap Menteri Basuki.

Selain upaya mitigasi terhadap gempa bumi, Kementerian PUPR juga berupaya untuk melakukan mitigasi terhadap bencana lain, seperti mengoptimalkan pemanfaatan 222 bendungan yang telah dibangun, normalisasi kali Ciliwung dan pembangunan Sodetan Ciliwung untuk menghadapi La Nina.

Sementara itu, untuk menghadapi El Nino, Kementerian PUPR membentuk Unit Pengelola Bendungan (UPB) untuk mensiagakan bendungan, serta kegiatan operasi dan pemeliharaan pada sumur-sumur bor.

Mengenai bencana hidrometeorologi yang lain seperti banjir rob yang terjadi di Semarang dan Pekalongan, Kementerian PUPR melakukan penanganan jangka pendek dengan penambahan pompa dan jangka panjang dengan penambahan jumlah pintu air di rumah pompa.

Kemudian, untuk mengurangi land subsidence di Jakarta, dibangun SPAM dengan skema KPBU serta pembangunan tanggul laut. I

Baca Juga:  PEMBIAYAAN SEKTOR AIR HARUS ADA SOLUSI

 

Kirim Komentar