Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menginstruksikan pemerintah daerah (pemda) waspada dan bersiap dalam menghadapi musim kemarau tahun 2025.
Selain itu, dia juga meminta seluruh pemda dapat mempercepat pelaksanaan program pompanisasi dan irigasi.
“Ini berhubungan dengan masalah kesediaan air di bulan Juni, Juli, Agustus, September yang dianggap kritikal, karena beberapa daerah akan menghadapi musim kemarau, sehingga kita terus mendorong produksi agar tidak jauh berkurang,” kata Tito dalam keterangannya, baru – baru ini.
Mendagri menekankan pentingnya sinergi lintas tingkatan pemerintahan dalam memperkuat jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier.
Dia meminta seluruh Kepala Dinas Pertanian di level provinsi, kabupaten, hingga kota memeriksa kondisi persawahan daerah masing-masing yang membutuhkan air.
Kemudian, lanjutnya, seluruh Kepala Dinas PU provinsi, kabupaten, kota juga memeriksa kesediaan air, termasuk irigasi di daerah masing – masing. “Nanti akan ada rapat khusus mengenai ini.”
Dia menyatakan hal itu merupakan amanat Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi dan Operasi, serta Pemeliharaan Jaringan Irigasi untuk Mendukung Swasembada Pangan.
Menurut Mendagri, Inpres itu memberikan payung hukum agar pusat, provinsi dan kabupaten/kota bekerjasama dan tidak berjalan sendiri – sendiri.
“Ini harus kita keroyok ramai-ramai istilahnya. Inpres ini memberikan kewenangan, dulu dibagi – bagi, pusat hanya irigasi primer, provinsi sekunder, kemudian kabupaten/kota tersier, tapi tidak ada yang sinkron karena 552 daerah, dari pusat juga enggak bisa cover semua,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan wilayah Indonesia masuk musim kemarau secara bertahap, dimulai sejak April hingga Juni.
Di menjelaskan, wilayah yang memasuki musim kemarau pada April meliputi Lampung bagian Timur, pesisir Utara Jawa bagian Barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kemudian, wilayah yang diperkirakan mengawali musim kemarau pada Mei adalah sebagian kecil Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian selatan.
Selanjutnya, pada Juni, musim kemarau diprediksi akan meluas ke sebagian besar Sumatra, sebagian besar Jawa bagian barat, Kalimantan bagian selatan, dan sebagian kecil wilayah Sulawesi, serta Papua.
Dwikorita menambahkan, awal musim kemarau di sebagian besar wilayah ini diprediksi cenderung normal, tetapi terdapat beberapa wilayah yang mengalami keterlambatan dari waktu awal musim kemarau normalnya.
“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya periode 1991 – 2020, maka awal musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya pada 207 ZOM (30%), mundur pada 204 ZOM (29%) dan maju pada 104 ZOM (22%),” kata Dwikorita dalam sebuah keterangan.
Menurut BMKG, musim kemarau tahun 2025 diprediksi akan lebih singkat. Hal ini berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan hingga pertengahan April 2025.
Musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia ini diprediksi terjadi dengan durasi yang lebih pendek dari biasanya. I