Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa beberapa langkah strategis guna menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dia menegaskan bahwa meski dinamika global masih dipenuhi ketidakpastian, kinerja ekonomi Indonesia masih tetap solid dan lebih baik dibandingkan beberapa negara maju maupun berkembang lainnya.
“Kalau kita lihat PDB kita itu berdasarkan PPP, Purchasing Power Parity, maka kita punya PDB tiga kali lebih besar. Berdasarkan indeks apa yang dibeli oleh konsumsi, nilai ekonomi kita itu US$4,8 triliun. Berarti hari ini secara realitas, kita ini nomor delapan ekonomi terkuat di dunia,” katanya di Jakarta.
Sebagai langkah strategis, Menko Airlangga menuturkan, Indonesia sedang berbicara untuk masuk dalam Free Trade Agreement (FTA) atau perjanjian perdagangan bebas dengan Negara – negara Gulf Cooperation Council (GCC), di antaranya Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Qatar.
Total ekonomi negara GCC tersebut adalah sekitar US$2 triliun dengan 50 juta penduduk.
“Jadi Indonesia sedang bicara untuk masuk dalam FTA dengan GCC, maka Indonesia menambahkan kepada ekonomi itu US$1,3 triliun, plus 280 juta penduduk. Jadi itu yang membuat kita diperhitungkan di berbagai negara, karena ekonomi kita tidak kecil,” tutur Airlangga.
Pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun 2025 akan menjadi landasan penting untuk mencapai target pembangunan jangka menengah 8%.
Dia mengakui target tersebut sangat tinggi, tetapi bukan suatu kemustahilan, karena Indonesia pernah mencapai rata – rata pertumbuhan 7,3% pada tahun 1986 – 1997.
Bahkan, sekitar 8,2% pada tahun 1995 melalui transformasi ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder (manufaktur).
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah menyiapkan sejumlah kebijakan.
Mendorong ekonomi di Triwulan I/2025, kebijakan yang disiapkan mencakup kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2025, optimalisasi penyaluran bantuan sosial (bansos) dan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), stimulus Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Lebaran.
Selain itu, paket stimulus ekonomi, optimalisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG), optimalisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan panen padi terealisasi secara optimal.
Kemudian, pemerintah melanjutkan program hilirisasi yang telah menunjukkan bahwa hilirisasi menjadi langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Produk nikel menjadi contoh, pada tahun 2023 ekspor produk hilirisasi nikel mencapai US$33,52 miliar, kemudian pada tahun 2024 diperkirakan mencapai US$40 miliar, meningkat sekitar 800% dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya US$4 miliar.
“Pemerintah mendorong banyak program yang dihilirisasi dan hilirisasi itu normal dilakukan di sektor manufaktur, termasuk di sektor otomotif,” tutur Menko Airlangga.
Oleh karena itu, pemerintah sudah membuat roadmap terkait dengan regionalisasi daripada hilirisasi dari segi produk, dari segi jenis, dari segi provinsi atau region yang didorong.
Menko Airlangga menambahkan, upaya hilirisasi tersebut didorong melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang sekaligus akan mendorong perekonomian daerah.
Peningkatan produksi emas di dalam negeri ini akan didukung dengan adanya peluncuran bank emas (bullion bank), yang tidak hanya memperkuat industri pertambangan tetapi juga berfungsi sebagai bumper ekonomi dalam menghadapi fluktuasi pasar global.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan cadangan devisa (cadev) hasil ekspor, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2025 tentang Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) dan akan berlaku per 1 Maret 2025.
Dalam kebijakan ini, pemerintah mewajibkan penempatan DHE SDA Sistem Keuangan Indonesia (SKI) akan ditingkatkan menjadi 100% dengan jangka waktu 12 bulan.
Pemerintah memperkirakan cadev Indonesia akan bertambah sekitar US$80 miliar sampai dengan US$100 miliar.
“Dengan demikian, sekali lagi apa yang dilakukan oleh Bapak Presiden langkah – langkahnya sudah banyak. Tentu dampaknya tidak harian, tapi mid to long term dan ekonomi Indonesia saat sekarang posisinya relatif kuat,” jelas Menko Airlangga.
Dia menegaskan bahwa dengan pengelolaan yang lebih optimal diharapkan investasi kita bisa dilakukan oleh Sovereign Wealth Fund, sehingga bisa memperkuat engine of growth ke depan. I