Mitigasi Vegetasi sebagai Upaya Pengurangan Risiko Bencana di Jawa Timur

Perubahan iklim dan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem dalam beberapa tahun terakhir membuat wilayah Jawa Timur menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi yang semakin kompleks.

Kondisi ini menuntut langkah mitigasi yang tidak hanya bertumpu pada respons darurat, tetapi juga penguatan ekosistem melalui pendekatan preventif.

Salah satu strategi yang dinilai efektif adalah mitigasi vegetasi untuk memperkuat daerah hulu dan kawasan resapan air guna menekan risiko banjir, longsor, serta degradasi lingkungan.

Sejalan dengan itu, instrumen pembiayaan, seperti Pooling Fund Bencana (PFB) berperan memastikan upaya mitigasi dapat berjalan dengan dukungan pendanaan yang memadai.

Upaya mitigasi vegetasi tersebut diwujudkan melalui kegiatan penanaman pohon pada Jumat, (21/11) pukul 09.00 WIB di Taman Merak Pujon Rafting, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.

Kegiatan ini menjadi bagian dari penanaman serentak di empat provinsi serta rangkaian sosialisasi Pendanaan Risiko Bencana melalui Pooling Fund Bencana (PFB).

Jawa Timur khususnya Malang, Lumajang dan Bondowoso termasuk wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana hidrometeorologi.

Catatan kerugian banjir dan longsor di Malang pada tahun 2016 yang mencapai Rp4,751 miliar menunjukkan pentingnya peralihan dari penanganan reaktif menuju mitigasi jangka panjang.

Sebagai instrumen pendanaan risiko bencana, PFB menyediakan dukungan finansial yang cepat dan fleksibel bagi daerah dalam fase prabencana, darurat hingga pascabencana.

Dengan dana terhimpun sebesar Rp7,3 triliun, pemerintah daerah memiliki peluang besar untuk mengakses instrumen ini melalui mekanisme yang sederhana dan melibatkan reviu APIP.

Melalui kegiatan ini, BNPB memperkuat pemahaman pemangku kepentingan mengenai Strategi Pembiayaan dan Asuransi Risiko Bencana (PARB), termasuk enam pilar strategis PFB yang menjadi landasan penguatan ketahanan daerah.

Mitigasi vegetasi menjadi langkah penting untuk menahan erosi, memperkokoh struktur tanah, serta meningkatkan serapan air di kawasan rawan longsor dan banjir.

Upaya ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo mengenai pemulihan ekosistem hulu dan kawasan resapan air dalam mengurangi risiko bencana hidrometeorologi.

Melalui kegiatan ini, OPD, K/L, unsur masyarakat, relawan dan TNI-Polri diharapkan dapat mengidentifikasi area kritis, terutama di bantaran sungai, untuk intervensi vegetasi berkelanjutan.

Pada kesempatan itu, Plt Irtama BNPB Saeful Alam menyampaikan bahwa Pooling Fund merupakan inovasi penting dalam mekanisme pendanaan penanggulangan bencana di Indonesia.

Dia juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah daerah, relawan, TNI-Polri dan masyarakat yang telah memperkuat kolaborasi mitigasi vegetasi di Jawa Timur.

Sebanyak 20.000 bibit disiapkan untuk penanaman di Kota Batu dan Kabupaten Malang, terdiri dari pohon buah seperti alpukat, durian, dan sukun, serta pohon keras, seperti sengon, balsa, trembesi dan tabebuya.

Kegiatan ini didukung oleh 700 relawan, 150 personel TNI-Polri dan berbagai unsur pemerintah daerah dan masyarakat.

Rangkaian kegiatan telah berlangsung sejak Rabu (19/11), mulai dari pembuatan lubang tanam, pemasangan 1.600 acir atau tanda titik penanaman di Kecamatan Bumiaji Kota Batu hingga penyiapan titik tanam di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

Pada hari yang sama, penandatanganan BAST bibit dilakukan di Balai Persemaian Permanen BP DAS Brantas Mojokerto sebagai dasar pendistribusian bibit ke dua wilayah tersebut.

Penanaman mencakup area yang telah dipetakan sebagai wilayah dengan kerawanan hidrometeorologi tinggi.

Di Kota Batu, kegiatan dilakukan di Kecamatan Bumiaji, Junrejo, dan Batu, sedangkan di Kabupaten Malang mencakup Kecamatan Pujon dan Karangploso.

Penempatan jenis bibit mempertimbangkan kontur dan tingkat kerawanan masing-masing lokasi untuk memperkuat struktur tanah, terutama pada lereng dan bantaran sungai.

Keterlibatan lintas sektor memastikan bahwa penanaman dilakukan secara terarah di lokasi yang membutuhkan intervensi vegetasi segera.

Dengan penguatan tutupan vegetasi di titik-titik rawan, diharapkan terjadi penurunan sedimentasi, peningkatan serapan air dan pemulihan ekosistem yang berkontribusi pada pengurangan risiko bencana hidrometeorologi di Jawa Timur. I

Kirim Komentar