Nilai ekspor batik Indonesia pada Triwulan I/2025 mencapai sebesar US$7,63 juta atau setara dengan sekitar Rp125 miliar.
“Industri batik kita menunjukkan sinyal positif. Berdasarkan data BPS, pada Triwulan I/2025, nilai ekspor batik tercatat sebesar US$7,63 juta, naik 76,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat pembukaan Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025 di Jakarta.
Selain pasar ekspor, dia menambahkan, potensi besar juga ada di pasar dalam negeri, seiring dengan tren di kalangan generasi muda Indonesia yang menunjukkan bahwa batik kini digunakan tidak hanya untuk acara formal, tetapi juga sebagai bagian dari fesyen sehari – hari.
“Ini peluang emas yang harus kita tangkap bersama, dengan inovasi desain, pendekatan pemasaran yang segar dan kualitas produk yang konsisten,” ujar Agus.
Menperin juga mengatakan transformasi industri batik nasional juga mulai terlihat, antara lain melalui pemanfaatan teknologi seperti kompor listrik batik, katalog digital pewarna, pengolahan limbah skala kecil, serta mesin CNC untuk motif batik digital.
Langkah ini Menperin nilai penting untuk menjaga keberlanjutan, efisiensi produksi dan daya saing global.
Lebih lanjut, Agus mengatakan Kementerian Perindustrian, terus berkomitmen mendukung sektor batik melalui berbagai program strategis.
“Beberapa di antaranya seperti penyusunan buku batik; fasilitasi indikasi geografis; penumbuhan wirausaha baru IKM; penerapan industri 4.0; pembangunan dan revitalisasi sentra IKM; pengembangan SDM industri; program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan; serta fasilitasi promosi dan pameran,” jelas Menperin.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha dan akademisi sebagai kunci keberhasilan dalam membangun ekosistem industri batik yang tangguh, berkelanjutan dan berdaya saing.
“Dengan memperkuat ekosistem batik nasional, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga meletakkan fondasi bagi masa depan industri wastra Nusantara yang berkelanjutan,” kata Agus. I