Operasi Search and Rescue (SAR) peristiwa tanah longsor yang melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah memasuki hari ketujuh pada Rabu (19/11).
Tim SAR gabungan kembali menemukan dua jenazah dari timbunan material longsor.
Data terkini dari Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana Tanah Longsor di Desa Cibeunying, Majenang pada hari ini (19/11) tercatat jumlah korban meninggal dunia sebanyak 20 orang. Tiga orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Sesuai standar prosedur Search Missing Coordinator (SMC) Basarnas, operasi SAR di Cilacap telah ditentukan selama tujuh hari, tapi dalam realisasi penyelenggaraannya diperpanjang hingga 10 hari.
Adapun yang mendasari perpanjangan waktu operasi SAR di antaranya; permintaan pihak keluarga korban, jumlah korban yang masih hilang tinggal tiga orang lagi dan tentunya atas perintah Kepala BNPB sebagai pemegang komando penanganan darurat.
Atas beberapa dasar itu, Basarnas sebagai leading sector pencarian dan pertolongan telah memutuskan untuk menambah masa pencarian selama tiga hari ke depan.
Operasi pencarian esok hari akan difokuskan pada worksite A1, lokasi yang diduga terdapat satu korban dan worksite B1 dua orang dalam pencarian.
Seiring dengan upaya pencarian dan pertolongan yang masih berlanjut, persiapan hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak longsor Desa Cibeunying mulai dilaksanakan.
Bupati Cilacap Syamsul Auliya Rachman telah menyiapkan lahan seluas 3,9 hektare untuk pembangunan huntara dan hunian tetap (huntap).
Lahan tersebut berada di Desa Jenang, Kecamatan Majenang, Kebupaten Cilacap. Lokasi ini letaknya sekitar dua kilometer dari wilayah Desa Cibeunying.
Berdasarkan rilis tanggapan awal calon lahan relokasi terdampak gerakan tanah oleh Badan Geologi tertanggal 18 November 2025, lokasi relokasi yang diajukan oleh Bupati, lokasi tersebut kemungkinan dapat digunakan sebagai lahan relokasi.
Untuk memastikan pembangunan huntara dan huntap sesuai dengan konsep build back better and safer pada lahan relokasi, Tim Badan Geologi akan segera diberangkatkan untuk melakukan penyelidikan geologi dilapangan.
Pendataan terhadap warga yang direkomendasikan untuk relokasi masih terus dilakukan oleh pemerintah desa. Saat ini, terdata 296 Kepala Keluarga untuk relokasi.
Pembangunan huntara dipercepat agar para pengungsi yang menempati lokasi pengungsian segera mendapatkan tempat tinggal yang lebih baik.
Sejumlah warga mengungsi di tiga titik di antaranya Balai Desa Cibeunying, MTS SS Cibeunying dan masjid Baeturrohman Wanasari.
Selain percepatan pembangunan huntara, BNPB juga menawarkan opsi kepada para pengungsi untuk melakukan pengungsian mandiri dengan cara mengontrak rumah atau tinggal bersama kerabat.
Untuk pilihan ini, masyarakat terdampak dapat memanfaatkan Dana Tunggu Hunian sebesar Rp600.000 per bulan per KK selama enam bulan.
BNPB memastikan pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak baik yang mengungsi di pos pengungsian maupun pengungsi mandiri terpenuhi dengan baik.
Warga yang membutuhkan dukungan kebutuhan dasar, seperti selimut, matras, sembako, makanan siap saji hingga pakaian bagi anak, perempuan dan laki – laki dapat menghubungi petugas di pos pengungsian Balai Desa Cibeunying. I




