Bermula hanya menggunakan kontainer untuk berjualan burger atau hamburger, makanan sejenis roti berbentuk bundar yang diiris dua dengan di tengahnya diisi daging, sayur-sayuran berupa selada, tomat dan bawang bombai.
Satria Santoso, demikian nama pemilik burger yang menggunakan merek jual Burger Kalap ini. Bermula jualan di Jakarta dengan sajian burger pedas. Kemudian berkembang hingga membuka outlet di berbagai kota.
Sebagai korban pandemi Covid-19, mantan General Manager (GM) salah satu hotel bintang lima di Bali ini berubah haluan setelah terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi penjual burger.
Bersama istrinya yang juga mantan GM hotel di Bali, Satria mulai membuka usaha berjualan burger pada Juli 2021 dengan berprinsip bahwa semua orang perlu makan.
“Kami melihat burger akan menggantikan nasi, sama seperti mie dan makanan lainnya, tapi makanan burger sudah banyak, jadi harus beda, apalagi yang berjualan burger sudah banyak,” katanya.
Bagi pejuang tangguh karena pandemi ini, makanan yang akan dijual harus bisa diserap masyarakat lokal, tapi modern, sehingga muncul ide burger rasa pedas dan menjadi burger pedas pertama di Indonesia.
“Jadi, burger dengan saos homemade, aroma barbeque tapi rasa yang pedas menjadi pilihan kami, kalau burger yang sudah ada saosnya yang pedas dan mendapat respon positif dari masyarakat,” jelasnya.
Pemilihan dengan menggunakan nama Burger Kalap di antaranya karena ada salah satu makanan burger yang level pedasnya paling tinggi, sehingga bagi siapapun yang memakannya akan bertindak seperti orang kalap karena terlalu pedas.
Satria mengakui pernah mendapatkan kontrak membuka outlet di seluruh jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bahan Umum (SPBU) Shell di Indonesia sebanyak 141 outlet.
“Sampai dengan saat ini baru sekitar 43 outlet yang sudah dibuka, selebihnya belum dilanjutkan, karena terkendala Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengadaan bahan baku,” ungkapnya.
Namun, Satria meyakini bahwa dengan kondisi ekonomi yang mulai bertumbuh pascapandemi, maka sektor usaha pariwisata, kuliner dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga akan semakin berkembang.
Apalagi dengan spesialisasinya menghidupkan usaha-usaha yang sudah mati untuk dikembalikan menjadi usaha yang lebih maju, maka dia memastikan semua orang akan turut membantu dengan cara mengkonsumsi produk barang dan olahan para pelaku usaha tersebut. I