Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meninjau lokasi tanah longsor yang melanda Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada Selasa (18/11).
Dia datang bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.
Kehadiran keduanya dilakukan atas perintah Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan atensi penuh terkait penanganan darurat peristiwa yang terjadi pada Minggu (16/11).
Suharyanto yang juga didampingi oleh Bupati Kabupaten Banjarnegara Amalia Desiana, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Budi Irawan dan Kepala Kantor SAR Semarang Budiyono berjalan kaki menuju lokasi terdampak.
Dia melihat langsung bagaimana pergerakan tanah yang terjadi begitu masif. Jalan beraspal tampak retak dan terbelah, rumah – rumah warga mulai miring dan tampak tanda – tanda keretakan dan nyaris roboh.
Suharyanto bersama rombongan juga menyaksikan puncak mahkota longsor dan timbunan material longsor yang menyebar luas.
Potensi terjadinya pergerakan tanah susulan di wilayah terdampak masih tinggi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim SAR gabungan.
Pada Selasa (18/11), pergerakan tanah kembali terjadi. Maka, untuk keselamatan personil Search and Rescue (SAR), operasi SAR hari ketiga dihentikan sementara.
“Operasi hari ini belum dilakukan karena tanahnya masih bergerak, masih labil, sehingga tim evakuasi tidak leluasa untuk bergerak,” jelas Suharyanto.
Hingga saat ini, tim gabungan masih mengupayakan operasi modifikasi cuaca dengan harapan agar tidak hujan sama sekali, sehingga besok bisa masuk tim pencarian secara manual dan menggunakan pompa alkon.
Kepala BNPB mengatakan, pencarian korban yang masih hilang adalah prioritas utama saat ini. Data per Selasa (18/11), korban yang dilaporkan hilang sejumlah 26 orang.
Usai meninjau langsung lokasi longsor, Kepala BNPB memimpin rapat koordinasi penanganan darurat yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Pandanarum.
Dalam rapat, Suharyanto memberikan arahan terkait upaya penanganan darurat, terutama pada pencarian dan pertolongan korban hilang. “Prioritas utamanya tetap, apapun caranya ke 26 korban harus bisa ditemukan.”
Untuk itu, pemerintah mengupayakan berbagai langkah penanganan darurat ini. Operasi modifikasi cuaca dilakukan guna mendukung percepatan penanganan darurat dengan operasi pengeringan atau pengurangan curah hujan di wilayah terdampak.
Saat ini, dua armada Cessna diterjunkan dari Bandar Udara Husen Sastranegara, Bandung.
Harapannya, material longsor yang gembur ini dapat cukup mengeras dan mengurangi potensi pergerakannya, sehingga tim SAR dapat segera melakukan proses pencarian korban.
Sama seperti penanganan darurat di Kecamatan Majenang Cilacap, untuk mempermudah pencarian korban di bawah timbunan material longsor, BNPB akan mengirimkan alat berat berupa eskavator, sedangkan jumlahnya 10 unit.
Unit K9 anjing pelacak juga dikerahkan untuk membantu mencari titik lokasi yang diduga terdapat korban.
Selain pencarian dan pertolongan korban, pemenuhan dasar bagi masyarakat terdampak juga menjadi perhatian utama pemerintah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara mencatat terdapat 917 jiwa warga terdampak yang saat ini mengungsi.
Titik pengungsian berada di Kantor Kecamatan Pandanarum, Gor Desa Beji, Gedung Haji Desa Pringamba, Wisma Muhammadiyah, Gedung KB Kecamatan Pandanarum, dan rumah kerabat.
Kepala BNPB meminta Kalaksa BPBD Kabupaten Banjarnegara untuk selalu memutakhirkan data pengungsi dan memastikan kebutuhan dasar para pengungsi terpenuhi.
“Pemenuhan kebutuhan dasar ini bukan hanya urusan permakanan. Jangan lupa, kita juga harus menyiapkan sandang, toilet, kamar mandi, hingga urusan persampahan. Hal-hal ini perlu diperhatikan,” jelas Suharyanto.
Melansir rilis Badan Geologi, peristiwa pergerakan tanah di Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara ini merupakan gerakan tanah menengah.
Artinya, wilayah ini dapat mengalami kejadian gerakan tanah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing pemotongan jalan, dan pada lereng yang mengalami gangguan.
Gerakan tanah lama dapat aktif kembali dipicu oleh curah hujan tinggi dan/atau getaran. Pada umumnya kisaran kemiringan lereng lebih dari sembilan derajat.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya pergerakan tanah di wilayah ini antara lain lereng curam dengan perbedaan tinggi, tanah pelapukan yang gembur, mudah runtuh, dan jenuh air, curah hujan tinggi dan berdurasi lama yang meningkatkan tekanan pori, serta adanya rembesan di bawah permukaan.
Berdasarkan kajian geologi tersebut, maka BNPB mengimbau masyarakat di sekitar wilayah terdampak bencana untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
BNPB mengingatkan kepada masyarakat bahwa lokasi terdampak bencana bukan sebuah destinasi wisata, oleh karena itu bagi warga masyarakat yang tidak berkepentingan, dilarang memasuki daerah terdampak demi keselamatan bersama. I
