Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Indonesia pada 18 November 2025

Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB) merangkum perkembangan penanganan bencana dalam kurun 24 jam pada periode 17 November 2025 pukul 07.00 WIB hingga 18 November 2025 pukul 07.00 WIB.

Dalam periode tersebut terdata 18 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia, dengan tiga kejadian baru dan delapan kejadian di antaranya adalah perkembangan penanganan bencana yang memiliki dampak signifikan.

Adapun kejadian pertama adalah angin puting beliung di Kabupaten Subang, Jawa Barat pada hari Minggu (16/11).

Sebanyak 163 jiwa dari 81 Kepala Keluarga (KK) warga Desa Tanjungsari Barat, Kecamatan Cikaum terdampak atas peristiwa ini. Sedikitnya empat jiwa harus mengungsi ke rumah kerabat terdekat.

Kejadian ini juga menyebabkan 11 unit rumah rusak berat, 16 unit rusak sedang dan 54 unit rusak ringan, termasuk satu bengkel dan satu gudang milik warga.

Hingga Senin (17/11), BPBD Kabupaten Subang bersama warga telah melakukan pembersihan material pohon tumbang yang menimpa rumah warga dan menutup akses jalan.

Berikutnya fenomena angin kencang melanda satu desa dan dua kelurahan di dua kecamatan, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada Sabtu (15/11).

Tidak ada korban jiwa atas peristiwa ini, namun telah berdampak pada 18 KK. BPBD Kabupaten Maros telah memberikan pendampingan kepada warga dan penanganan darurat bencana.

Selanjutnya, banjir melanda di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut pada Minggu (16/11).

Banjir itu telah berdampak pada 34 KK atau 97 jiwa. Hingga saat ini, banjir telah dinyatakan surut dan aktivitas warga kembali normal.

Sementara itu, BNPB juga mencatat delapan kejadian lain merupakan pembaruan dari kejadian sebelumnya yang meliputi Banjir luapan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur masih menyisakan genangan setinggi 5 cm hingga 10 cm di Dusun Gempol dan Dusun Tanjung. Banjir di Kabupaten Gresik, Jawa Timur telah surut sepenuhnya.

Tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah sampai hari ini menyebabkan 2 orang korban meninggal dunia, 7 orang luka – luka, 286 KK atau 981 jiwa terdampak, 917 jiwa mengungsi, serta 28 jiwa masih dalam pencarian.

Operasi pencarian dan pertolongan terus dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi tebing dan cuaca yang masih berpotensi memicu longsor susulan.

Pada kejadian tanah longsor di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tercatat 16 korban meninggal dunia dan 7 jiwa masih dalam pencarian. Operasi pencarian dan evakuasi masih berlangsung.

Berikutnya, tanah longsor di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah berdampak pada 22 KK atau 85 jiwa yang saat ini mengungsi, dengan kondisi tanah yang belum stabil.

Banjir di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, pada Minggu (16/11), telah berdampak pada lima desa di empat kecamatan. Sekitar 96 KK, dan beberapa rumah masih terendam hingga Senin (17/11).

Banjir di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat berdampak pada 165 KK atau 541 jiwa dan kini air berangsur surut. Warga mulai beraktivitas, seperti sediakala dengan beberapa di antaranya masih berupaya membersihkan lumpur dan puing yang terbawa banjir.

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau mencatat total luas lahan terdampak mencapai sekitar 2.294,75 hektare sejak 1 Januari hingga 17 November 2025, dengan patroli dan monitoring yang terus dilakukan.

Secara umum, prakiraan cuaca untuk dua hari ke depan menunjukkan bahwa mayoritas wilayah Indonesia masih berada dalam periode musim hujan yang aktif, dengan potensi hujan ringan hingga sedang mendominasi.

Pulau – pulau besar, seperti Sumatra, Jawa, dan Kalimantan diperkirakan mengalami hujan yang bervariasi intensitasnya, dengan fokus kewaspadaan pada hujan sedang hingga lebat yang berpotensi terjadi pada siang hingga malam hari, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Khususnya, beberapa daerah di Sumatra Utara, sebagian besar Pulau Jawa, Kalimantan Barat, dan Sulawesi diimbau untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

Sementara itu, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sebagian Maluku cenderung mengalami cuaca cerah berawan atau hujan lokal intensitas ringan, meskipun potensi peningkatan suhu dan kelembapan tetap ada.

Masyarakat di seluruh Indonesia dianjurkan untuk selalu memantau pembaruan peringatan dini cuaca ekstrem dari instansi terkait dan meningkatkan kesiapsiagaan diri, terutama saat beraktivitas di luar ruangan.

Mengingat tingginya potensi hujan lebat di wilayah Jawa Tengah yang berbukit dan berpotensi memicu tanah longsor, fokus antisipasi harus diarahkan pada pengamatan dan respons cepat terhadap tanda-tanda alam.

Masyarakat yang tinggal di lereng atau daerah rawan wajib mewaspadai hujan deras yang turun terus menerus selama lebih dari satu jam, karena ini adalah pemicu utama.

Selain itu, segera perhatikan indikator fisik, seperti munculnya retakan baru pada tanah, miringnya pohon atau tiang, dan suara gemuruh aneh dari lereng.

Dalam jangka panjang, tindakan pencegahan meliputi penanaman pohon berakar kuat yang berfungsi mengikat tanah dan memastikan sistem drainase di lereng berfungsi optimal untuk mengalirkan air menjauhi tebing.

Namun, jika tanda – tanda bahaya muncul, prioritas utama adalah evakuasi segera dan bergerak menuju lokasi yang stabil dan tinggi, tanpa menunda waktu untuk mengumpulkan barang, karena keselamatan jiwa adalah yang utama.

BNPB terus memonitor perkembangan di lapangan dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan percepatan penanganan darurat, serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak. I

Kirim Komentar