Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Indonesia pada 24 September 2025

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hasil pemantauan bencana selama periode 23 September 2025 pukul 07.00 WIB hingga 24 September 2025 pukul 07.00 WIB.

Dalam kurun waktu tersebut, tercatat sebanyak 25 kejadian bencana dengan 20 kejadian di antaranya dikategorikan menonjol atau berdampak signifikan.

Pada laporan kejadian baru, banjir dilaporkan terjadi di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Sebanyak 52 Kepala Keluarga (KK) atau 156 jiwa terdampak dengan 52 unit rumah terendam. Saat ini, sebagian wilayah sudah mulai berangsur surut.

Kondisi pascabanjir bandang di Kecamatan Sindang Danau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan. (dok. bpbdkabupatenogankomeringuluselatan)

Selanjutnya, kebakaran hutan dan lahan masih menjadi perhatian utama di beberapa provinsi. Di Provinsi Sumatra Selatan, tercatat seluas 2.935,84 hektare lahan terbakar sejak awal Januari hingga 21 September 2025.

Sementara itu, di Provinsi Kalimantan Barat, luas lahan terbakar mencapai 19.267,90 hektare dan mengakibatkan 2 orang menjadi korban. Berdasarkan pantauan satelit pada 23 September 2025, terdeteksi 2.766 titik panas.

Banjir bandang juga melanda Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan, pada Selasa (23/9) pukul 02.00 WIB.

Tiga jiwa dilaporkan meninggal dunia akibat terseret arus banjir, sedangkan 14 unit rumah warga dilaporkan rusak berat. Saat ini, genangan banjir telah surut dan warga melakukan pembersihan.

Kondisi pascabanjir bandang di Kecamatan Sindang Danau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan. (dok. bpbdkabupatenogankomeringuluselatan)

Selanjutnya, kejadian gempa bumi berkekuatan magnitudo 3,8 mengguncang Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada Minggu (21/9).

Gempa berdampak pada 148 KK atau 527 jiwa. Sebanyak 135 rumah mengalami kerusakan ringan hingga sedang. Proses perbaikan masih terus dilakukan oleh tim gabungan terkait. Meski demikian, kondisi di lapangan saat ini sudah mulai kondusif.

Sementara itu, kekeringan masih berlangsung di Jawa Tengah. Di Kabupaten Sragen, sekitar 319 KK atau 822 jiwa terdampak.

Di Kabupaten Klaten, jumlah terdampak mencapai 2.527 KK atau 8.851 jiwa. Total distribusi air sejak awal Agustus hingga 23 September 2025 mencapai 1.895.000 liter.

Baca Juga:  Laporan Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana pada 9 September 2025

Tanah longsor terjadi di wilayah tambang bawah tanah Grasberg Block Cave milik PT Freeport di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah pada Senin (8/9).

Hingga kini, 7 orang masih dinyatakan hilang. Tim Underground Mine Rescue (UGMR) terus melakukan upaya pencarian korban hilang.

Sementara itu, aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, masih tinggi. Sebanyak 823 KK atau 3.177 jiwa masih mengungsi, sementara potensi erupsi susulan masih ada dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dapat terjadi di sejumlah wilayah Sumatra bagian Selatan, Kalimantan bagian barat dan tengah, serta wilayah timur Indonesia.

Kondisi ini dipicu oleh suhu muka laut yang relatif hangat, pola angin monsun, serta fenomena atmosfer regional, seperti Madden Julian Oscillation (MJO).

BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi basah, terutama banjir, tanah longsor dan kebakaran hutan, serta lahan yang masih berlangsung di berbagai daerah.

BNPB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan unsur TNI/Polri, relawan, serta instansi terkait terus melakukan langkah penanganan darurat, distribusi bantuan, dan pemulihan sarana prasarana terdampak.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan bahwa keselamatan masyarakat adalah prioritas utama serta memastikan kebutuhan dasar warga terdampak dapat terpenuhi dengan baik. I

Kirim Komentar