Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bekasi bersinergi dengan Perpustakaan Nasional melaksanakan kegiatan bimbingan teknis program transformasi pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Program ini merupakan program prioritas nasional satu yang mengarahkan agar terpenuhinya kebutuhan informasi masyarakat dan menunjang fungsi perpustakaan sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan salah satu program pemerintah untuk kesejahteraan, solusi cerdas, pemulihan ekonomi masyarakat pascapandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Bunda Literasi Kota Bekasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto dalam sambutannya pada pembukaan bimbingan teknis program transformasi pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial 2023 di Nonon Soenthanie, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi.
“Pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut Wiwiek menyampaikan program ini merupakan upaya pengembangan perpustakaan sebagai community learning centre yang berbasis teknologi informasi.
“Dengan meningkatnya akses terhadap informasi yang diharapkan dapat meningkat pula kualitas hidup masyarakat. Perpustakaan diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan sesuai dengan isu-isu di masyarakat dengan pelibatan masyarakat secara aktif di kegiatan perpustakaan,” jelasnya.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, lanjut Wiwiek, maka kebutuhan dalam memberikan layanan Informasi Teknologi (IT), seperti komputer dan internet sebagai kebutuhan perpustakaan dirasa semakin meningkat, sehingga dibutuhkan keterampilan untuk mengelola layanan IT di perpustakaan untuk layanan prima.
Untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain, maka sudah seharusnya kita menggalakkan Penguatan Pendidikan Karakter, salah satunya dengan membudayakan gerakan literasi, baik literasi baca tulis, literasi numeralisasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, literasi budaya dan kewargaan.
Melalui kegiatan literasi diharapkan menjadikan warga sekolah dapat mengakses, memahami dan menggunakan berbagai informasi secara cerdas, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan budi pekerti peseta didik.
Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan minat baca siswa dan tumbuh karakter positif warga sekolah, karena dengan membiasakan membaca buku, informasi sudah pasti akan mudah didapat, proses menimba ilmu juga akan mudah diserap, dan kita juga bisa menjadi bangsa yang bermartabat.
Selain itu, ini bagian dari upaya membudayakan literasi kepada masyarakat luas dan tentunya kegiatan ini tidak akan pernah berhasil tanpa dukungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Sekuat apapun pemerintah mendorong masyarakat untuk menggalakkan mencintai buku, hasilnya tidak akan optimal jika tidak ada dukungan masyarakat dan keluarga.
Untuk mengenalkan kegiatan literasi, baik kepada masyarakat, sekolah, dan keluarga.
Kesejahteraan masyarakat tentunya menjadi harapan seluruh rakyat negeri ini, tapi pada kenyataannya, masih ada penduduk Indonesia yang hidup dalam kemiskinan.
“Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi angka kemiskinan ini adalah melalui penguatan literasi.” ungkapnya.
Literasi memberikan manfaat yang nyata, melalui pendidikan secara formal maupun program literasi secara umum.
Untuk itu, perpustakaan semestinya hadir sebagai pusat belajar masyarakat yang menyediakan informasi dan fasilitas belajar masyarakat yang berperan sangat penting untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Perluasan transformasi perpustakaan ke tingkat kabupaten/kota hingga kelurahan juga merupakan upaya memperluas program untuk mendekatkan akses informasi bagi masyarakat, memfasilitasi yang menjadi kebutuhan masyarakat dan menjadikan perpustakaan sebagai pusat berkegiatan bagi masyarakat, sehingga terjadi proses belajar dan peningkatan kapasitas yang mendorong kesempatan untuk menciptakan inovasi, kreativitas positif. I