Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan posisi Indonesia sebagai peradaban tertua di dunia dalam sambutannya pada pembukaan pameran fosil manusia purba untuk memperingati 130 tahun penemuan Pithecanthropus Erectus atau Manusia purba Jawa.
Paleoantropolog Belanda Eugène Dubois menemukan fosil Pithecanthropus erectus di tepian Bengawan Solo, Jawa Tengah, pada tahun 1894.
Fadli Zon dalam keterangannya di Jakarta menyebutkan, penemuan itu merupakan pencapaian besar yang tidak hanya mengukuhkan posisi Indonesia dalam peta paleoantropologi dunia, tapi juga menempatkan Indonesia sebagai episentrum penting dalam evolusi manusia.
“Penemuan ini bukan sekadar peristiwa besar dalam sejarah ilmu pengetahuan; ini adalah pencapaian transformasional yang menegaskan peran Indonesia sebagai bagian penting dalam narasi besar evolusi manusia,” katanya.
Indonesia merupakan rumah bagi koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara, dari seluruh temuan Homo Erectus di dunia, 60% berada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Situs arkeologi seperti Sangiran, Trinil dan Ngandong telah mengungkap fosil yang berusia lebih dari 1,5 juta tahun, menempatkan Indonesia sebagai salah satu pusat adaptasi dan inovasi manusia purba.
“Penemuan – penemuan ini membuka mata dunia bahwa tanah air kita memegang peran tak tergantikan dalam narasi besar evolusi manusia,” ungkapnya.
Kawasan nusantara adalah salah satu pusat peradaban purba yang terkaya dan paling kompleks di dunia, yang sangat penting dalam memahami asal-usul umat manusia.
“Warisan ini melimpah dan menjadi dasar pemahaman sejarah serta peradaban manusia secara global,” jelas Menbud Fadli.
Pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus yang dibuka untuk umum di Museum Nasional tersebut menghadirkan berbagai fosil dan artefak bernilai sejarah tinggi, termasuk mahakarya tengkorak Homo Erectus S-17, tengkorak paling lengkap di dunia yang untuk pertama kalinya dipamerkan kepada publik.
Temuan lainnya seperti fosil fauna purba Mastodon dan Stegodon juga memperkaya narasi ekosistem awal nusantara, yang menggambarkan lingkungan dinamis, dengan berbagai spesies hidup berdampingan, menciptakan salah satu habitat paling kompleks dalam sejarah bumi.
Dalam narasi global tentang asal usul manusia, teori Out ofAfrica telah lama menjadi dominan.
Namun, penemuan dan sebaran fosil manusia purba di Indonesia memberikan gambaran yang melengkapi atau merevisi narasi tersebut.
“Fosil-fosil ini menunjukkan bahwa wilayah nusantara adalah laboratorium alami, ruang hidup manusia purba untuk belajar bertahan hidup, beradaptasi, dan berinovasi,” tuturnya.
Kementerian Kebudayaan terus berkomitmen melindungi dan memanfaatkan warisan budaya bangsa.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Ayat (1) UUD 1945 dan Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pameran itu menjadi wujud nyata upaya Indonesia untuk memperkuat dan memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia. I