Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya meningkatkan produktivitas dan daya saing industri furnitur.
Kinerja ekspor sektor ini sepanjang tahun 2023 tercatat sebesar US$1,8 miliar. Selain itu, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) industri furnitur pada Januari 2024 mencapai nilai 52,38 atau berada pada level ekspansi, menandakan para pelaku usaha furnitur percaya terhadap kondisi usahanya.
Diharapkan, industri furnitur dalam negeri dapat terus meningkat dan berhasil memaksimalkan potensi pasar furnitur global yang nilainya mencapai US$629 miliar (berdasarkan data Expert Market Research) dan diproyeksikan tumbuh 5% pada tahun 2024.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kemenperin adalah dengan melanjutkan program restrukturisasi mesin dan/atau alat peralatan industri pengolahan kayu dan furnitur.
“Kami telah dan sedang melaksanakan program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan industri pengolahan kayu, berupa pemberian reimburse penggantian sebagian pembelian sesuai kriteria,” jelas Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, saat mewakili Menteri Perindustrian dalam sambutannya pada Rakernas HIMKI di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sejak tahun 2022, sebanyak 24 perusahaan telah mengikuti program restrukturisasi mesin dan/atau alat peralatan industri pengolahan kayu dan furnitur, terdiri dari sembilan perusahaan peserta program pada tahun anggaran 2022 dan 15 perusahaan di tahun 2023.
Pada tahun 2024, anggaran yang dialokasikan untuk program restrukturisasi mesin/peralatan industri ini sebesar Rp7,5 miliar dengan target peserta 10 perusahaan industri.
Putu menuturkan, berdasarkan laporan perusahaan tahun anggaran 2022, program ini telah berdampak pada peningkatan efisiensi perusahaan sebesar 10% hingga 30%.
Selain itu, mutu produk juga meningkat 10% sampai dengan 30% dan produktivitas perusahaan pun naik 20% hingga 30%.
Di samping pelaksanaan program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan industri pengolahan kayu, Kemenperin juga menyusun strategi penguasaan pasar serta menanggapi tren industri furnitur.
Strategi tersebut berfokus pada lima aspek, yaitu fasilitasi ketersediaan bahan baku, fasilitasi ketersediaan SDM terampil, fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, fasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, kualitas produk, serta fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.
“Kemenperin juga melaksanakan program pengembangan konsep desain furnitur, salah satunya melalui workshop kolaborasi antara desainer furnitur dengan pelaku industri,” jelas Putu.
Dia mengungkapkan, kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2019 hingga tahun 2022, dan akan kembali dilanjutkan pada tahun 2024.
Hasil workshop berupa konsep desain furnitur yang diwujudkan dalam bentuk prototipe furniture.
Untuk meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri, pemerintah gencar menggalakkan belanja APBN melalui pemanfaatan produk dengan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Putu menjelaskan, Kemenperin akan menyelenggarakan business matching Penggunaan Produk Dalam Negeri pada Maret mendatang di Bali.
“Kegiatan ini memfasilitasi pertemuan antara instansi pengguna Produk Dalam Negeri (PDN) dengan pelaku usaha industri dalam negeri, sehingga diharapkan terjadi komitmen untuk menyerap PDN. Kami harap industri furnitur dapat bergabung pada kegiatan tersebut,” jelas Putu. I