Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendukung upaya revitalisasi Istana Mini Banda Neira yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku menjadi Istana Kepresidenan di Indonesia Timur.
Istana Mini Banda Neira merupakan salah satu bangunan cagar budaya peninggalan masa kolonial, yang didirikan oleh Belanda pada tahun 1622.
Istana Mini ini difungsikan sebagai tempat tinggal pejabat VOC dan kotroleur, juga digunakan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu, menjadikan Istana Mini Banda Neira sebagai Istana Kepresidenan merupakan sebuah Inovasi dalam pengembangan destinasi pariwisata.
“Kemenparekraf siap mendampingi dan mendorong Istana Mini Banda Neira untuk dijadikan Istana Kepresidenan. Kami berharap revitalisasi ini akan memberikan nilai tambah ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujarnya dalam keterangannya, Minggu (17/4/2022).
Vinsensius menuturkan bahwa diperlukan implementasi inovasi, adaptasi dan kolaborasi dalam mendukung Istana Mini Banda Neira sebagai Istana Kepresidenan seperti yang disampaikan oleh Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Destinasi II Kemenparekraf Wawan Gunawan menjelaskan bahwa dalam mendukung revitalisasi Istana Mini Banda Neira, Kemenparekraf akan fokus menjadikan destinasi wisata di Kepulauan Banda siap dan layak untuk dikunjungi, dipromosikan, dan dijual kepada wisatawan.
“Salah satu bentuk dukungan dari Direktorat Pengembangan Destinasi II adalah akan diadakannya Bimtek Pengelolaan Homestay, pendampingan dan dukungan kelengkapan homestay untuk menunjang kesiapan amenitas dalam menerima kunjungan wisatawan,” jelasnya saat Rapat Koordinasi Pengembangan Istana Kepresidenan Banda Neira di Kantor Gubernur Maluku, Jumat (8/4/2022).
Wawan menyatakan, dengan dijadikannya Istana Mini Banda Neira menjadi Istana Kepresidenan, maka pemerintah daerah harus dapat memanfaatkan momentum agar Banda mendapat perhatian pemerintah pusat.
Selain itu, lanjutnya, juga diperlukan sinergitas untuk membangun pariwisata yang berkualitas, terintegrasi dan berkelanjutan di Banda Neira.
Jadi, dia menambahkan, kolaborasi antara pusat dan daerah harus baik. “Karena kepulauan Banda ini sangat luar biasa potensinya, keindahan wisata alamnya, geopark, wisata budaya dan juga wisata buatan,” kata Wawan.
Dia menilai yang sangat penting adalah pemberdayaan masyarakat berbasis budaya lokal dan melibatkan tokoh dan masyarakat adat setempat guna memberi nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan. I