SELAMA MUDIK LEBARAN POTENSI PERGERAKAN 123,8 JUTA ORANG

Potensi pergerakan nasional pada Musim Lebaran 2023 adalah 45,8% dari jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 123,8 juta orang, sedangkan potensi yang mudik sebanyak 106 juta orang.

Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan telah melakukan survei secara daring (online) untuk memprediksi mobilisasi orang selama musim mudik Lebaran 2023.

Survei daring dilakukan mulai 28 Januari 2023 hingga 18 Februari 2023 dengan target sampel 10.000 responden dan MoE kurang 5%.

Penulis: Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata. (dok. pribadi)

Sampel survei yang didapat sebanyak 69.565 dengan jumlah sampel hasil cleaning 69.511.

Profil pelaku perjalanan terbanyak berada di rentang usia 21-40 tahun (69,4%), pekerjaan terbanyak sebagai karyawan swasta (27,5%) dan penghasilan terbanyak berada pada rentang Rp1 juta-Rp 5 juta (47%). Bisa jadi kelompok penghasilan tinggi kurang berminat mengisi kuisioner.

Sumber menjawab survei terbanyak melalui Short Message Service (sms) 73,2%, terbanyak responden pria yang mengisi (63%) dan 58% sudah melakukan vaksin Booster.

Potensi pergerakan nasional pada Lebaran 2023 adalah 45,8% dari jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 123,8 juta orang.

Sebanyak 45,8% yang pergi mudik dan 54,2% tidak pergi mudik. Alasan bepergian 106 juta orang (85,9%) beralasan mudik untuk pulang kampung dan 17,8 juta orang bertujuan liburan dan lainnya.

Faktor yang memengaruhi mudik 31,02% alasan ekonomi/keuangan keluarga, alasan cuti bersama (12,76%) dan 12,6% dengan alasan tidak ada Covid-19.

Hasil survei di tahun 2022, potensi pergerakan secara nasional sebanyak 31,6% atau sebanyak 85,5 juta orang, sedangkan tahun 2023, potensi pergerakan nasional menjadi 45,8% atau sebanyak 123,8 juta orang.

Sementara tahun 2022, sebanyak 68,4% tidak bepergian dan yang pergi sisanya (31,6%), sedangkan di tahun 2023 terjadi penuruan (14,2%) yang tidak pergi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar 54,2%.

Ada kenaikan yang pergi menjadi 45,8% (ada kenaikan 14,6%). Dapat dipahami tahun 2022 masih ada Covid-19, sehingga potensi yang bepergian masih rendah dibandingkan dengan tahun 2023.

Pergerakan pemudik sebesar 77,3 juta orang (62,5%) berasal dari Pulau jawa. Daerah asal pemudik terbanyak berasal dari Jawa Timur 17,1% (21,2 juta orang).

Berikutnya Jawa Tengah 15,1% (18,7 juta orang), Jabodetabek 14,8% (18,3 juta orang), Jawa Barat 12,1% (14,9 juta orang) dan Sumatra Utara 3,6% (4,4 juta orang).

Di sisi lain, daerah tujuan terbanyak adalah Provinsi Jawa Tengah 26,45% (32,75 juta orang). Selanjutnya Provinsi Jawa Timur 19,87% (24,60 juta orang), Provinsi Jawa Barat 16,73% (20,72 juta orang), Jabodetabek 6,52% (8,07 juta orang), dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 4,78% (5,9 juta orang).

Pilihan moda terbanyak masih menggunakan mobil pribadi 22,07% (27,32 juta orang) dan sepeda motor 20,30% (25,13 juta orang), sedangkan yang memilih bus sebanyak 22,77 juta orang (18,39%), Kereta Api (KA) antarkota 14,47 juta orang (11,69%) dan mobil sewa 9,53 juta orang (7,70%).

Pilihan menggunakan angkutan umum terbanyak memilih bus sebanyak 22,77 juta orang (18,39%). Diikuti oleh moda KA 14,47% (11,69%), angkutan penyeberangan 5,39% (6,67%), pesawat terbang 6,19% (5%), dan kapal laut 1,66 juta (1,34%).

Jalan Tol Trans Jawa masih menjadi jalur favorit untuk mudik, yakni 33,35% (9,2 juta orang). Pilihan pantai jalur utara (pantura) Jawa sebanyak 5,63% (1,5 juta) dan jalur pantai selatan (pansela) Jawa 5,04% (1,4 juta orang).

Alasan tidak memilih Jalur Lintas Selatan (Pansela) Jawa adalah lebih dekat tujuan lewat Pantura, lebih cepat lewat Pantura, Pantura lebih aman dan nyaman, Pansela rawan macet dan kondisi jalan Pansela yang berkelok-kelok.

Kekurangan Jalur Pansela Jawa adalah jalan rusak, prasarana penunjang kurang, jalan sempit dan berkelok, kemacetan dan keamanan jalan.

Seperti halnya di musim Lebaran sebelumnya, setidaknya ada lima hal yang perlu dapat perhatian sungguh-sungguh dari pemerintah.

Pertama, pengaturan rest area di jalan tol. Kedua, pengelolaan atau manajemen Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni.

Ketiga, keselamatan pemudik yang menggunakan sepeda motor sangat rentan kecelakaan lalu lintas. Keempat, Program Mudik Gratis dan kelima jalur (jaringan jalan) yang akan digunakan untuk mudik. (Penulis: Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata)

 

 

Kirim Komentar