Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans) Viva Yoga Mauladi mengajak civitas akademika dari berbagai universitas di seluruh Indonesia untuk mendukung pengembangan potensi 61 desa wisata di kawasan transmigrasi.
Desa Waihatu contohnya, yakni Desa Transmigrasi di Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku yang dikembangkan pemerintah pada tahun 1973.
Penduduk Desa Waihatu awalnya berasal dari tujuh kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, sekarang ini Desa Waihatu bisa dikatakan sebagai Indonesia Mini, dengan penduduk Desa Waihatu sudah beraneka ragam suku dan budaya.
Kementerian Transmigrasi (Kementrans) mencatat bahwa pengembangan potensi 61 desa wisata di kawasan transmigrasi itu terbagi menjadi tujuh kelompok desa wisata tematik, yakni agrowisata, budaya, edukasi, gunung, kuliner, sungai, dan pantai.
Dia menjelaskan, desa wisata tematik agrowisata berada di kawasan transmigrasi Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Gorontalo, dan Sulawesi Selatan, sedangkan desa wisata tematik kuliner berada di Sulawesi Tenggara.
Desa wisata tematik budaya tersebar di kawasan Sumatra Barat, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT), desa wisata tematik edukasi di Bangka Belitung, NTT, Maluku Utara, dan Sulawesi Tenggara,serta desa wisata tematik gunung di Aceh, NTB, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Selain itu, terdapat pula desa wisata tematik pantai di Sumatra Barat, Bengkulu, Riau, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Maluku Utara, dan Sulawesi Tenggara, serta desa wisata tematik sungai di Aceh, Sumatra Selatan, Lampung, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara.
Menurut Viva Yoga, pihaknya terbuka untuk melakukan kerja sama dengan semua pihak, termasuk perguruan tinggi, dalam pengembangan desa wisata di kawasan transmigrasi.
Dia menyambut baik inisiatif yang disampaikan oleh Rektor Universitas Esa Unggul Arief Kusuma Among Praja bahwa perguruan tinggi tersebut berkeinginan untuk turut mengembangkan perekonomian dan pemberdayaan para warga transmigran.
“Kami akan fokus menjajaki kerja sama mengembangkan desa wisata,” ungkapnya.
Viva Yoga berharap, kolaborasi yang dijalin Kementrans dengan berbagai pihak dapat meningkatkan pembinaan potensi desa wisata di area transmigrasi sehingga dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi transmigran dan masyarakat sekitarnya.
Dalam pembinaan desa wisata, dia menambahkan, para warga transmigran akan diberi pelatihan terkait pelayanan kepariwisataan, pengembangan UMKM, penguatan kesadaran hukum, serta pengetahuan lainnya, sehingga pengembangan sektor wisata dapat membuat masyarakat setempat semakin berdaya.
“Paling penting adalah merealisasikan rencana kolaborasi secara konkret untuk mengembangkan kawasan transmigrasi,” katanya. I