KEMENPAREKRAF SUSUN IMPLEMENTASI BGC ECONOMY PADA SEKTOR PAREKRAF

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo memaparkan implementasi prinsip Blue, Green and Circular Economy (BGC Economy) pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam “Rakornas Percepatan Pengembangan 5 DPSP Semester II – 2023”.

Dalam rapat yang digelar di Golo Mori Convention Center, Anglea menjelaskan, Kemenparekraf/Baparekraf sedang menyusun implementasi BGC Economy pada sektor pariwisata.

“Karena ini salah satu strategi ke depan yang sedang Kemenparekraf/Baparekraf susun untuk menjadi pembeda destinasi pariwisata Indonesia,” katanya.

Blue, Green, and Circular Economy memiliki potensi dan keuntungan besar untuk pembangunan ekonomi global berkelanjutan dn implementasinya dapat menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru hingga pertumbuhan ekonomi.

Wamenparekraf menjelaskan, langkah akselerasi yang telah dilakukan Kemenparekraf dalam  implementasi prinsip Blue, Green, and Circular Economy pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, antara lain penyusunan dokumen Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang memuat unsur sustainable tourism, CHSE/K3 dan inclusivity.

“Jadi harapannya ini bisa menjadi standar untuk sektor pariwisata di Indonesia,” ungkapnya.

Selain itu, Kemenparekraf/Baparekraf juga menggelar pelatihan dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) parekraf, serta melakukan kampanye seperti penerapan prinsip BGC Economy dalam event-event pariwisata dengan tema renewable dan sustainable.

Selan itu, berkolaborasi di antara stakeholders dan pemberian apresiasi, seperti Green Hotel Award dan ADWI dengan kategori Kategori Penilaian Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability.

Lebih lanjut, Wamenparekraf juga memaparkan peningkatan inklusivitas pariwisata melalui pengembangan creative entrepreneurship di desa wisata.

Dia menambahkan, perkembangan dan capaian desa wisata di Lima DPSP yang sudah terdaftar di Jadesta sebanyak 171 Desa di DPSP Danau Toba, 440 Desa di DPSP Borobudur, 97 Desa di DPSP Labuan Bajo, 232 Desa di DPSP Mandalika, dan 43 Desa di DPSP Likupang.

Baca Juga:  SDM PARIWISATA DIHARAPKAN MAMPU BERWIRAUSAHA

“Desa wisata kita yaitu Desa Nglanggeran pada tahun 2021 dan Desa Penglipuran pada tahun 2023 mendapat apresiasi sebagai Best Tourism Villages dengan mengalahkan kandidat lebih dari 60 negara lainnya. Juga terdapat tiga desa wisata yang terpilih yaitu Dewi Bilibante, Dewi Pela, dan Dewi Taro sebagai bagian dari 20 desa UNWTO Upgrade Programme 2023,” tutur Angela.

Kemenparekraf/Baparekraf pun bekerja sama dengan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) meluncurkan Sekolah Pariwisata Desa (Sepada) pertama kali di Indonesia sebagai komitmen untuk meningkatkan sumber daya di desa wisata.

“Baru-baru ini kami juga meluncurkan, bekerja sama dengan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), ada suatu jurusan baru untuk S1 pariwisata desa wisata, jadi semoga ada satu sarjana dari desa wisata yang bisa membantu dan menjadi pemimpin,” katanya.

Rakornas Percepatan Pengembangan 5 DPSP Semester II – 2023 ini dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dan juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim Erick Tohir. I

Kirim Komentar