GUNUNG MERAPI KEMBALI MUNTAHKAN AWAN PANAS GUGURAN DENGAN POTENSI BAHAYA 7 KM

Gunung Merapi kembali muntahkan awan panas guguran (APG) pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng/Krasak pada Sabtu (11/3/2023).

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan erupsi masih berlangsung hingga pukul 12.31 WIB.

“Jarak 7 km dari puncak Gunung Merapi di alur Kali Bebeng dan Krasak. Saat ini, erupsi masih berlangsung,” demikian laporan tertulis BPPTKG.

Dalam rekaman visual BPPTKG, gunung teramati dengan jelas hingga kabut 0-II.

Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 meter hingga 100 meter di atas puncak kawah.

Selain itu, juga teramati satu kali guyuran lava dengan jarak luncur 1.500 meter ke Barat Daya suara guguran dua kali dengan intensitas sedang dari Pos Babadan.

BPPTKG juga mengamati status kegempaan meliputi jumlah guguran terpantau sembilan kali, amplitudo 4 mm hingga 11 mm dan durasi 43.9-96.6 detik. Berikutnya hybrid/fase banyak satu kali amplitudo 5 mm, S-P 0.4 detik dan durasi 7.4 detik.

Berikutnya untuk rekaman vulkanik dalama berjumlah 19, amplitudo 9 mm hingga 12 mm, S-P 0.5-1 detik dan durasi 9.3-11.2 detik.

Lebih lanjut, BPPTKG menyebutkan, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor Tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km, sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Guna mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, maka masyarakat diimbau agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Masyarakat diminta agar selalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi, serta mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Baca Juga:  PRESIDEN TERBITKAN PERPPU PEMILU TERKAIT DAERAH OTONOMI BARU DI PAPUA

BBPTKG juga menyebut apabila terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Saat ini, status Gunung Merapi masih dalam Level III atau ‘Siaga’ sejak November 2020.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, awan panas guguran itu juga memicu abu vulkanik yang mengarah ke Barat Laut-Utara.

Petugas Pos Babadan Yulianto dalam sambungan telepon mengatakan, Pos Babadan mulai terdampak abu vulkanik cukup tebal.

“Kalau APG-nya mengarah ke Barat Daya, ke Kali Bebeng dan Krasak. Tapi kalau abu vulkanik ke arah Barat Laut-Utara, karena faktor angin, ya,” jelas Yulianto.

Dia menjelaskan, untuk kondisi Pos Babadan saat ini sudah pasti terdampak APG dan ini cukup tebal.

Yulianto juga telah menerima laporan beberapa lokasi yang juga terdampak abu vulkanik.

Adapun rinciannya Desa Mangunsuko, Desa Dukun, Desa Paten dan Desa Sengi di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

Berikutnya Desa Wonolelo dan Desa Krogowanan di Kabupaten Magelang. Selanjutnya Desa Klakah dan Desa Tlogolele di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Terkait pengungsian, Yulianto belum menerima adanya laporan warga yang mengungsi di wilayah yang terdampak abu vulkanik tersebut.

Yulianto menuturkan bahwa pihaknya bersama BPPTKG akan memberikan rekomendasi kepada warga sekitar untuk mengungsi apabila cakupan wilayah awan panas guguran beserta abu vulkanik berkembang dalam beberapa event dan jaraknya lebih jauh dari 7 km.

“Ini kan baru terpantau satu kali event. Terjadi lima kali hingga enam kali guguran. Kalau cakupannya terus berkembang dan jaraknya lebih jauh dari 7 km, maka besar kemungkinan akan ada rekomendasi kepada warga agar mengungsi,” jelas Yulianto.

Hasil monitoring lapangan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, belum ada laporan mengenai dampak signifikan maupun adanya korban jiwa. I

Kirim Komentar