Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mochammad Afifuddin menyatakan, saat ini terdapat 38 daerah yang menerima pendaftaran bakal pasangan calon kepala daerah tunggal.
Sebelumnya, KPU mengumumkan jumlah bakal pasangan calon tunggal pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 mencapai 43 daerah, kemudian menjadi 41 daerah.
Setelah itu, lanjutnya, ada lagi yang memberikan berkas kembali, karena situasi perpanjangan, ada yang tidak diterima dan ada yang kemudian masih berproses di Bawaslu.
“Kira-kira gambaran kita sementara ini ada sekitar 37 kabupaten kota dan satu provinsi. Itu gambaran sementara dari potensi calon tunggal di Pilkada 2024,” ujarnya.
Selain itu, dia menyampaikan beberapa daerah kemungkinan akan mengalami penambahan bakal pasangan calon, seperti Manokwari, Lampung Timur, Lahat, Tapanuli Tengah, dan Dharmasraya.
Namun, KPU daerah masih harus melakukan pemeriksaan terhadap wilayah tersebut.
“Kita pastikan nanti di tanggal 22 September pas penetapan, tapi sampai sekarang, sementara ini setelah pendaftaran, perpanjangan dan penerimaan berkas kembali yang kita lakukan, sementara ini sekitar satu provinsi dan 37 Kabupaten/kota,” kata Afifuddin.
Tidak hanya itu, KPU meminta jajaran KPU di daerah untuk menggelar simulasi pemungutan suara untuk pilkada dengan calon tunggal melawan kotak kosong.
“Nanti kita akan bebankan ke teman – teman provinsi, terutama kalau memang waktu dan kesempatannya ada nanti kita dorong juga untuk melakukan simulasi. Biasanya di level provinsi yang kita mintakan melakukan simulasi di level daerah,” jelasnya.
Menurut Afifuddin, simulasi ini penting agar jajaran di daerah dapat mengantisipasi dengan lebih baik pilkada dengan calon tunggal melawan kotak kosong.
Simulasi ini juga diharapkan dapat membantu KPU menyusun regulasi maupun petunjuk teknis terkait penyelenggaraan pilkada calon tunggal melawan kotak kosong.
Selain itu, simulasi ini bisa menjadi sarana sosialisasi bagi pemilih yang mungkin belum sepenuhnya paham mengenai pilkada dengan kotak kosong dan mekanisme pemungutan dan penghitungan suaranya.
“Jadi, kita melakukan simulasi untuk kemudian menemukan alih masalah yang ideal seperti apa dari beberapa simulasi termasuk masukan dari teman-teman Bawaslu dan semua pihak,” ujar Afifuddin. I