Indonesia Catatkan Surplus pada Neraca Perdagangan April 2025

Neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 mencatatkan surplus sebesar US$0,16 miliar.

Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan, surplus April 2025 didorong surplus nonmigas sebesar US$1,51 miliar dan defisit migas sebesar US$1,35 miliar.

Angka surplus periode April 2025 tersebut lebih rendah dibandingkan surplus Maret 2025 yang sebesar US$4,33 miliar.

Meskipun begitu, secara kumulatif, surplus Januari – April 2025 masih lebih tinggi dibanding Januari – April 2024.

“Surplus perdagangan Indonesia pada April 2025 mencapai US$0,16 miliar. Walaupun cenderung tipis, capaian ini masih melanjutkan tren surplus untuk 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” jelasnya.

Apabila melihatnya secara kumulatif, lanjut Mendag, surplus Januari – April 2025  masih cukup tinggi, karena tercatat sebesar US$11,07 miliar, lebih besar bila dibandingkan dengan surplus Januari – April 2024 yang sebesar US$10,13 miliar.

Dia menjelaskan, surplus nonmigas Indonesia disumbangkan perdagangan dengan beberapa mitra dagang.

Perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) mencatatkan surplus US$1,31 miliar, diikuti India US$0,93 miliar, Filipina US$0,72 miliar, Malaysia US$0,51 miliar dan Vietnam US$0,39 miliar.

Menurut Mendag, total nilai ekspor Indonesia pada April 2025 mencapai US$20,74 miliar. “Nilai ini turun 10,77% dibandingkan dengan Maret 2025 (MoM).”

Penurunan ekspor disebabkan berkurangnya nilai ekspor migas sebesar 19,52% dan ekspor nonmigas 10,19% (MoM).

Meskipun begitu, nilai ekspor April 2025 ini justru naik 5,76% bila dibandingkan dengan April 2024 (YoY).

“Penurunan nilai ekspor pada April 2025 bila dibandingkan dengan Maret 2025 terjadi akibat siklus tahunan libur Idulfitri dan penurunan harga sejumlah komoditas utama,” tuturnya.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi dunia akibat kondisi geopolitik ekonomi turut menyebabkan permintaan sejumlah mitra dagang utama Indonesia melemah.

Ekspor nonmigas negara ASEAN lain, yaitu Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina juga terpantau turun.

Mendag menegaskan bahwa dari segi pangsa ekspor pada April 2025, kontribusi ekspor sektor industri pengolahan Indonesia menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor yang lain.

“Pangsa ekspor sektor industri pengolahan mencapai 81,48% dari nilai ekspor nonmigas Indonesia. Meskipun begitu, nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan pangsa pada Maret 2025 yang sebesar 83,29 %.

Kemudian, sektor pertambangan dan lainnya berkontribusi sebesar 16,07% dan sektor pertanian sebesar 2,45%.

Pelemahan ekspor nonmigas pada April 2025 terjadi paling besar pada ekspor sektor pertanian yang turun 16,54% dan sektor industri pengolahan turun 12,14%.

Pada sisi lain, ekspor sektor pertambangan dan lainnya terpantau tumbuh dengan kenaikan 2,58% (MoM).

Beberapa produk ekspor utama nonmigas Indonesia tercatat meningkat nilainya pada April 2025, yaitu bijih logam, terak dan abu (HS 26) yang naik 37,94%, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) 26,56% dan mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) 0,52% (MoM).

Sementara itu, produk utama ekspor nonmigas Indonesia peringkat tiga teratas turun nilai ekspornya pada April 2025.

Ketiganya, yaitu bahan bakar mineral (HS 27) yang turun 6,23%, besi dan baja (HS 72) 2,72%, serta lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) 39,23% bila dibandingkan dengan Maret 2025.

Pada April 2025, Tiongkok, AS dan India menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan total nilai ekspor ketiganya sebesar US$ 8,22 miliar.

Pangsa ketiga negara tersebut juga sebesar 41,97% terhadap ekspor nonmigas nasional.

Sementara itu, beberapa tujuan ekspor nonmigas Indonesia dengan pertumbuhan tertinggi secara bulanan pada April 2025 antara lain, Swiss yang tercatat naik 149,57%.

Kanada 54,09%, Singapura 26,78%, Meksiko 11,03% dan Taiwan 8,99% (MoM), sedangkan penurunan terdalam secara bulanan terjadi pada Mesir yang turun 42,70%, Italia 42,25%, Pakistan 40,91%, Inggris 35,62%, dan Hongkong 30,58% (MoM).

Ditinjau dari kawasannya, tujuan ekspor nonmigas yang meningkat pada April 2025 adalah Amerika Tengah dengan kenaikan 14,71%, diikuti Amerika Selatan 4,41 persen, Eropa Barat 4,41% dan Asia Tenggara 1,11%.

Sementara itu, kawasan yang mengalami penurunan nilai ekspor nonmigas pada  April 2025 antara lain Afrika Selatan yang turun 49,73%, Asia Tengah 44,48%, Afrika Utara 42,53% dan Karibia 41,88%.

Jika dilihat secara kumulatif, total ekspor Januari – April 2025 tercatat mencapai US$87,36 miliar, meningkat 6,65% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (CtC).

Peningkatan ekspor tersebut ditopang penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik  7,68% menjadi US$82,56 miliar.

Mengenai ekspor sektor migas turun 8,43% menjadi sebesar US$ 4,81 miliar.

Pada April 2025, impor Indonesia tercatat sebesar US$ 20,59 miliar. Nilai ini naik 8,80% dibandingkan Maret 2025 (MoM) dan naik 21,84% dibandingkan April 2024 (YoY).

Apabila dibandingkan dengan Maret 2025, kenaikan impor April 2025 hanya terjadi pada sektor nonmigas sebesar 14,39%, sedangan impor migas turun 19,44% (MoM).

Secara tahunan, impor nonmigas naik 29,86%, sedangkan impor migas turun 15,57% (YoY).

Mendag menuturkan, dari segi pangsanya, kinerja impor April 2025 masih didominasi bahan baku dan penolong dengan pangsa 72,73%, diikuti barang modal 19,00% dan barang konsumsi 8,27%.

Dari segi pertumbuhan impor April 2025, impor bahan baku/penolong dan barang modal meningkat masing – masing sebesar 11,09% dan 5,66% (MoM).

Pada sisi lain, impor barang konsumsi justru tercatat turun 2,21% (MoM). Bahan baku/penolong yang impornya naik signifikan, antara lain, emas batangan nonmoneter, gula tebu lainnya dan jet turbo.

Sementara itu, impor barang modal yang naik tinggi adalah unit pengolah lainnya, aparatus lainnya yang dapat mengirimkan atau menerima suara, gambar atau data lainnya, serta personal computer (PC) lainnya.

Di sisi lain, impor barang konsumsi yang turun adalah monitor lainnya, mobil listrik dan jeruk mandarin.

Beberapa produk impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada April 2025, antara lain, gula dan kembang gula (HS 17) yang naik 128,61%, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) 128,06%, kain rajutan (HS 60) 76,06%, biji dan buah mengandung minyak (HS 12) 54,37%, serta filamen buatan (HS 54) 49,45% (MoM).

Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi dari Tiongkok, Jepang dan Singapura dengan total pangsa 52,68% dari total impor nonmigas April 2025.

Beberapa negara asal impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi adalah Swiss yang naik 344,72%, Uni Emirat Arab 110,61%, Afrika Selatan 72,55%, Kanada 58,33%, dan Singapura 53,86% (MoM).

Secara kumulatif untuk periode Januari – April 2025, total impor mencapai US$76,29 miliar, naik 6,27% (CtC).

Peningkatan impor tersebut dipicu impor nonmigas yang naik sebesar 9,18%, tetapi di sisi lain, impor migas turun 8,27% (CtC). I

 

Kirim Komentar