Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa inflasi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir masih relatif terkendali, bahkan termasuk yang terendah di dunia pada saat ini.
Hal tersebut dilaporkannya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara Jakarta, akhir pekan lalu.
“Tren inflasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir menurun dan terkendali rendah, bahkan termasuk yang terendah di dunia pada saat ini. Inflasi IHK pada bulan Mei 2024 tercatat sebesar 2,84%,” ujarnya.
Hal tersebut terbukti oleh laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2024 yang konsisten pada tingkat inflasi 2,84% atau sesuai target 2,5 plus minus 1%.
Dia memperkirakan inflasi akan terkendali pada tingkat rendah dalam kisaran target sebesar 2,5 plus atau minus 1% untuk sisa tahun 2024-2025 ke depan.
“Terjaga dalam kisaran target 2,5 plus minus 1%. Kami memperkirakan inflasi pada sisa tahun 2024 ini dan tahun 2025 akan tetap terkendali rendah dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1%” jelasnya.
Gubernur BI menuturkan, dikarenakan kondisi global yang masih bergejolak dan belum stabil, Bank Indonesia bersama pemerintah akan bersinergi menerapkan kebijakan moneter yang konsisten untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia dengan mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Dalam kondisi global yang masih bergejolak ini, kebijakan moneter akan secara konsisten untuk menjaga stabilitas dengan memastikan inflasi tetap terkendali dan nilai tukar Rupiah tetap stabil,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Bank Indonesia akan bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk lebih memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selanjutnya Gubernur BI menjelaskan, Bank Indonesia akan memberikan keringanan melalui insentif likuiditas berskala besar bagi perbankan untuk menyalurkan kredit pinjaman ke berbagai sektor guna meningkatkan kapasitas perekonomian termasuk upaya makroprudensial hilir agropangan.
“Untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan, Kebijakan Makroprudensial Longgar antara lain melalui insentif likuiditas yang besar kepada perbankan, kami berikan untuk penyaluran kredit pembiayaan ke berbagai sektor untuk meningkatkan kapasitas perekonomian, termasuk hilirisasi pertanian dan UMKM pangan.” tuturnya.
Gubernur BI memperkirakan perekonomian Indonesia masih sangat kuat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang terjaga pada level 5% dan inflasi di bawah 3%.
Namun, tetap diperlukan adanya penguatan sinergi antara Bank Indonesia, pemerintah pusat dan pemerintah daerah guna memitigasi konflik geopolitik global yang sedang berlangsung.
“Ke depan perlu kita hadapi dengan upaya dan sinergi yang berkelanjutan. Kesinambungan adalah sangat penting untuk pengendalian inflasi ke depan,” jelasnya.
Menurut Perry, khususnya untuk memitigasi risiko kenaikan harga pangan dan energi akibat konflik geopolitik global yang masih berkelanjutan, ketidakpastian pasar keuangan global, serta permasalahan struktural, seperti produktivitas, inefisiensi, distribusi, dan integrasi data pangan. I