Ini Jadwal dan Rute Kirab Budaya Dugderan 2025 di Semarang Sambut Ramadan

Tradisi Dugderan 2025 yang sangat dinantikan oleh masyarakat Kota Semarang akan kembali digelar dalam rangka menyambut Ramadan 1446 Hijriah.

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang telah mempersiapkan berbagai acara, salah satunya adalah Kirab Budaya Dugderan.

Terkait dengan pelaksanaan tradisi Dugderan 2025, akan ada pengalihan arus lalu lintas di sekitar area acara.

Berikut adalah informasi lengkap terkait jadwal, rute dan pengalihan lalu lintas yang perlu diperhatikan

1. Kirab Budaya Dugderan 2025 yang rencananya akan digelar pada Jumat, 28 Februari 2025 akan dimulai pada pukul 13.00 WIB setelah salatt Jumat.

Adapun rute kirab dimulai dari halaman Balai Kota Semarang dan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang.

Secara rinci, Kirab Budaya Dugderan 2025 akan dimulai dari Balai Kota Semarang, lalu melintasi Jalan Pemuda menuju Alun-alun Kauman.

Setelah itu, arak – arakan akan bergerak menuju titik akhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

2. Pengalihan Arus Lalu Lintas Selama Dugderan 2025 Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang Kusnandir menjelaskan, ada beberapa jalan yang akan ditutup untuk kelancaran acara ini.

Salah satunya adalah Jalan Pemuda, yang akan ditutup di bagian depan Mal Paragon hingga Lawang Sewu.

Selain itu, akan ada pengalihan arus di Jalan Imam Bonjol – Tugu Muda yang akan diubah menjadi dua arah.

Ada juga pengalihan arus dari Jalan Pierre Tendean ke Jalan Imam Bonjol.

Arus lalu lintas yang menuju Jalan Pemuda dari arah Kota Lama juga akan dialihkan ke Jalan Kolonel Sugiyono atau Jalan Imam Bonjol.

Oleh karena itu, para pengguna jalan diminta untuk mematuhi pengaturan arus lalu lintas yang diterapkan.

Kusnandir juga mengimbau kepada masyarakat yang akan menyaksikan prosesi Kirab Dugderan untuk memarkirkan kendaraan di tempat yang sudah disediakan oleh penyelenggara dan tidak parkir di bahu jalan untuk menghindari kemacetan.

Baca Juga:  Menparekraf Paparkan Realisasi Program dan Anggaran Tahun 2023 di Komisi X DPR

“Masyarakat yang akan menyaksikan prosesi kirab Dugder agar tertib mengikuti arus lalu lintas dan tidak memarkirkan kendaraan di bahu jalan karena akan mengurangi volume ruas jalan,” ungkapnya.

3. Tempat penyelenggaraan Dugderan 2025, kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Samsul Bahri, akan berbeda dari tahun sebelumnya.

“Jika tahun lalu acara ini dipusatkan di Simpang Lima dan serambi Masjid Agung, kini acara ini dipusatkan di Balai Kota Semarang dan Alun – alun Masjid Agung Semarang.

Perubahan lokasi ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan lebih kepada para peserta dan pengunjung, karena Alun-alun lebih luas dan memungkinkan masyarakat untuk lebih leluasa menyaksikan acara tersebut.

“Di Alun-alun kan lebih luas, sehingga masyarakat bisa leluasa dan nyaman menyaksikan Dugder 2025,” katanya.

Sementara itu, serambi Masjid Agung Semarang akan digunakan sebagai tempat transit bagi Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, beserta Wakil Wali Kota, Iswar Aminuddin dan undangan khusus.

4. Wali Kota Semarang Agustina Wilujengakan akan memimpin jalannya acara prosesi Dugderan 2025 dan akan memerankan sosok Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum.

Setelah prosesi selesai, Wali Kota Semarang beserta rombongan akan menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk melaporkan kegiatan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah.

Sejarah dan Makna Tradisi Dugderan Dilansir dari laman Kelurahan Gayamsari, Kota Semarang menuturkan bahwa Dugderan adalah tradisi yang telah berlangsung sejak 1881 Masehi dan terus dilestarikan hingga kini, sehingga tradisi ini telah lama menjadi bagian dari perayaan menyambut bulan Ramadan di Semarang.

Nama Dugderan berasal dari suara bedug yang ditandai dengan bunyi dug dug dan suara meriam yang mengikuti dengan bunyi der.

Baca Juga:  FESTIVAL SRIWIJAYA XXIX AKAN BANGKITKAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF SUMSEL

Tradisi ini awalnya bertujuan untuk menyamakan pendapat umat Islam tentang penentuan awal bulan puasa.

Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat saat itu memberanikan diri untuk menentukan dimulainya hari puasa Ramadan, yaitu setelah bedug Masjid Agung dan meriam bambu di halaman kabupaten dibunyikan masing – masing sebanyak tiga kali.

Sebelum membunyikan bedug dan meriam, akan diadakan upacara di halaman kabupaten terlebih dahulu.

Sejak saat itu, umat Islam di Semarang tidak lagi berbeda pendapat terkait awal puasa dan menjadikannya sebagai budaya lokal setempat. I

 

Kirim Komentar