Kemenhut Perkuat Pemasaran Produk Kayu SVLK Plus

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan memperkuat pemasaran produk kayu bersertifikat Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK) Plus di dalam negeri, menyusul promosi di pasar global untuk meningkatkan penjualan produk kayu tersebut.

Menurut Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Kehutanan Dida Migfar Rida, produk kayu sudah terbukti memiliki daya tahan yang kuat menghadapi tantangan global, seperti pandemi Covid-19.

“Produk hasil hutan memiliki daya tahan dan terus meningkat,” jelasnya dalam keterangan di Jakarta.

Pada tahun 2023, lanjutnya, ekspor produk kayu mencapai US$12,7 miliar, sedangkan tahun ini sampai November 2024 telah mencapai US$11,6 miliar dan diproyeksikan dapat menyamai catatan tahun lalu.

Saat workshop dengan tema Peningkatan Kinerja PBPHH Melalui Penguatan Pasar Produk Olahan Hasil Hutan Domestik dan Ekspor, Dida menjelaskan, pentingnya untuk mengamankan pasar domestik produk kayu selain membidik pasar ekspor.

“Oleh karena itu, pemerintah akan terus mempromosikan penggunaan produk kayu yang memiliki sertifikat SVLK Plus di dalam negeri,” ungkapnya.

Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Kemenhut Ristianto Pribadi menambahkan, untuk memperkuat pasar domestik, telah diluncurkan SiHutanku.id, sebagai sistem informasi yang mengompilasi seluruh sistem informasi dalam pengelolaan hutan lestari.

“Pada Sihutanku.id tersedia layanan market place produk kayu bersertifikat SVLK. Masyarakat dapat mengakses Sihutanku untuk mendapatkan produk kayu bersertifikat SVLK,” tuturnya.

Selain itu, juga telah tersedia e-katalog sektor kehutanan yang mempermudah pelaku usaha, industri kehutanan termasuk UMKM, dalam mengakses pasar domestik bagi pengadaan barang pemerintah.

Menurutnya, pasar domestik perlu dilirik oleh para pelaku usaha karena memiliki potensi yang besar, hal itu terbukti ada sekitar 16.000 dokumen impor produk kayu yang diproses oleh Kemenhut. “Jadi kita perlu seimbangkan antara ekspor dan pasar dalam negeri.”

Dengan pengembangan pasar di dalam negeri dan luar negeri, lanjutnya, diharapkan investasi pada industri pengolahan kayu akan tumbuh sehingga mendukung misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) Indroyono Soesilo menyatakan, untuk menggairahkan industri kehutanan perlu disiapkan prakondisi untuk memastikan keberlanjutan bahan baku di antaranya dengan melakukan intensifikasi hutan tanaman.

“Produktivitas hutan alam juga dapat ditingkatkan dengan mengimplementasikan silvikultur intensif,” ujarnya.

Indroyono menegaskan, tentang pentingnya pengalokasikan bahan baku untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah.

Menurut dia, ekspor sawn timber yang bernilai tinggi dapat dibuka dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan di dalam negeri.

“Kalau di batu bara ada DMO (Domestic Market Obligation), untuk produk kayu seharusnya juga bisa. Sepanjang ada datanya, maka kebutuhan bahan baku domestik dapat dipenuhi. Sisanya dapat di ekspor dalam bentuk produk niche market yang bernilai tinggi,” jelasnya. I

Kirim Komentar